Drama adalah kisah hidup dan kehidupan manusia yang
diceritakan di atas pentas dengan media percakapan(dialog), gerak dan
tingkah laku. Naskah merupakan hal utama dalam bermain drama (modern) karena ia
merupakan panduan bagi para pemeran (aktor) di atas pentas. Selain naskah, ada
unsur-unsur lain yang sangat menentukan yaitu dekorasi (setting), musik,
lighting, make up,kostum,nyanyian, tarian, dan unsur penunjang lainnya.
✪
Naskah
Naskah disini diartikan sebagai bentuk tertulis dari suatu
drama. Sebuah naskah walaupun telah dimainkan berkali-kali, dalam bentuk yang
berbeda-beda, naskah tersebut tidak akan berubah mutunya. Sebaliknya sebuah
atau beberapa drama yang dipentaskan berdasarkan naskah yang sama dapat berbeda
mutunya. Hal ini tergantung pada penggarapan dan situasi, kondisi, serta tempat
dimana dimainkan naskah tersebut. Selain dialog, sebuah naskah yang baik harus
memiliki tema, tokoh dan plot atau rangka cerita.
☠
Tema
Tema adalah rumusan inti sari cerita yang dipergunakan dalam menentukan arah dan tujuan cerita. Dari tema inilah kemudian ditentukan tokoh-tokohnya.
Tema adalah rumusan inti sari cerita yang dipergunakan dalam menentukan arah dan tujuan cerita. Dari tema inilah kemudian ditentukan tokoh-tokohnya.
☠
Tokoh
Dalam cerita drama tokoh merupakan unsur yang paling aktif yang menjadi penggerak cerita.oleh karena itu seorang tokoh haruslah memiliki karakter, agar dapat berfungsi sebagai penggerak cerita yang baik. Disamping itu dalam naskah akan ditentukan dimensi-dimensi sang tokoh. Biasanya ada 3 dimensi yang ditentukan yaitu:
Dalam cerita drama tokoh merupakan unsur yang paling aktif yang menjadi penggerak cerita.oleh karena itu seorang tokoh haruslah memiliki karakter, agar dapat berfungsi sebagai penggerak cerita yang baik. Disamping itu dalam naskah akan ditentukan dimensi-dimensi sang tokoh. Biasanya ada 3 dimensi yang ditentukan yaitu:
☠
Dimensi
fisiologi
(ciri-ciri badani) antara
lain usia, jenis kelamin, keadaan tubuh, ciri-ciri muka,dll.
☠
Dimensi
sosiologi (latar belakang)
kemasyarakatan misalnya status sosial, pendidikan, pekerjaan, peranan
dalam masyarakat, kehidupan pribadi, pandangan hidup, agama, hobby, dan
sebagainya.
☠
Dimensi
psikologis (latar belakang kejiwaan)
misalnya temperamen, mentalitas, sifat, sikap dan kelakuan, tingkat
kecerdasan, keahlian dalam bidang tertentu, kecakapan, dan lain sebagainya.
Apabila kita mengabaikan salah satu saja dari ketiga dimensi diatas, maka tokoh
yang akan kita perankan akan menjadi tokoh yang kaku, timpang, bahkan cenderung
menjadi tokoh yang mati.
☠
Plot
Plot adalah alur atau kerangka cerita. Plot merupakan suatu keseluruhan peristiwa didalam naskah. Secara garis besar, plot drama dapat dibagi menjadi beberapa bagian yaitu:
Plot adalah alur atau kerangka cerita. Plot merupakan suatu keseluruhan peristiwa didalam naskah. Secara garis besar, plot drama dapat dibagi menjadi beberapa bagian yaitu:
·
Pemaparan (eksposisi)
Bagian pertama dari suatu pementasan
drama adalah pemaparan atau eksposisi. Pada bagian ini diceritakan mengenai
tempat, waktu dan segala situasi dari para pelakunya. Kepada penonton disajikan
sketsa cerita sehingga penonton dapat meraba dari mana cerita ini dimulai. Jadi
eksposisi berfungsi sebagai pengantar cerita. Pada umumnya bagian ini disajikan
dalam bentuk sinopsis.
·
Komplikasi
awal atau konflik awal
Kalau pada bagian pertama tadi
situasi cerita masih dalam keadaan seimbang maka pada bagian ini mulai timbul
suatu perselisihan atau komplikasi. Konflik merupakan kekuatan penggerak drama.
·
Klimaks
dan krisis
Klimaks dibangun melewati krisis
demi krisis. Krisis adalah puncak plot dalam adegan. Konflik adalah satu
komplikasi yang bergerak dalam suatu klimaks.
·
Penyelesaian
(denouement)
Drama terdiri dari sekian adegan
yang di dalamnya terdapat krisis-krisis yang memunculkan beberapa klimaks. Satu
klimaks terbesar dibagian akhir selanjutnya diikuti adegan penyelesaian.
☠
Dialog
Dialog berisikan kata-kata. Dalam drama para tokoh harus berbicara dan apa yang diutarakan mesti sesuai dengan perannya, dengan tingkat kecerdasannya, pendidikannya, dsb. Dialog berfungsi untuk mengemukakan persoalan, menjelaskan perihal tokoh, menggerakkan plot maju, dan membukakan fakta.
Dialog berisikan kata-kata. Dalam drama para tokoh harus berbicara dan apa yang diutarakan mesti sesuai dengan perannya, dengan tingkat kecerdasannya, pendidikannya, dsb. Dialog berfungsi untuk mengemukakan persoalan, menjelaskan perihal tokoh, menggerakkan plot maju, dan membukakan fakta.
LATIHAN DASAR TEATER
Dalam bermain drama ada yang disebut dengan akting. Akting
adalah pelafalan dialog (yang tertulis di dalam naskah) disertai dengan gerak
atau gesture. Seorang aktor dikatakan baik apabila ia sanggup membawakan dialog
sesuai dengan karakter tokoh yang diperankannya. Dialog itu bisa terdengar
(volume baik), jelas (artikulasi baik), dimengerti (lafal benar), dan aktor
bisa menghayati sesuai dengan tuntutan/jiwa peran yang ditentukan dalam naskah.
Seorang aktor yang baik akan mampu membawakan dialog tersebut dengan gerak yang
pas (tidak berlebihan atau dibuat-buat). Ia bergerak dengan leluasa (blocking
baik) tidak ragu ragu ( meyakinkan), dimengerti (sesuai dengan hukum
gerak dalam kehidupan), dan juga bisa menghayati sesuai dengan tuntutan
peran yang ditentukan dalam naskah.
v Blocking
Yang dimaksud dengan blocking adalah kedudukan aktor pada saat di atas pentas. Dalam permainan drama, blocking yang baik sangat diperlukan, oleh karena itu pada waktu bermain kita harus selalu mengontrol tubuh kita agar tidak merusak blocking. Blocking tersebut harus seimbang, utuh, bervariasi dan memiliki titik pusat perhatian serta wajar.Jelas, tidak ragu ragu, meyakinkan. Kesemuanya itu mempunyai pengertian bahwa gerak yang dilakukan jangan setengah setengah dan jangan sampai berlebihan. Kalau ragu ragu terkesan kaku sedangkan kalau berlebihan terkesan over acting Blocking harus dimengerti (wajar). Apa yang kita wujudkan dalam bentuk gerak tidak menyimpang dari hukum gerak dalam kehidupan. Misalnya bila mengangkat barang yang berat dengan tangan kanan, maka tubuh kita akan miring ke kiri, dsb. Blocking harus memiliki motivasi yang jelas berarti gerak-gerak anggota tubuh maupun gerak wajah harus sesuai tuntutan peran dalam naskah.
Yang dimaksud dengan blocking adalah kedudukan aktor pada saat di atas pentas. Dalam permainan drama, blocking yang baik sangat diperlukan, oleh karena itu pada waktu bermain kita harus selalu mengontrol tubuh kita agar tidak merusak blocking. Blocking tersebut harus seimbang, utuh, bervariasi dan memiliki titik pusat perhatian serta wajar.Jelas, tidak ragu ragu, meyakinkan. Kesemuanya itu mempunyai pengertian bahwa gerak yang dilakukan jangan setengah setengah dan jangan sampai berlebihan. Kalau ragu ragu terkesan kaku sedangkan kalau berlebihan terkesan over acting Blocking harus dimengerti (wajar). Apa yang kita wujudkan dalam bentuk gerak tidak menyimpang dari hukum gerak dalam kehidupan. Misalnya bila mengangkat barang yang berat dengan tangan kanan, maka tubuh kita akan miring ke kiri, dsb. Blocking harus memiliki motivasi yang jelas berarti gerak-gerak anggota tubuh maupun gerak wajah harus sesuai tuntutan peran dalam naskah.
v Seimbang
Seimbang berarti kedudukan pemain, termasuk juga benda-benda yang ada diatas panggung (setting) tidak mengelompok di satu tempat, sehingga mengakibatkan adanya kesan berat sebelah. Jadi semua bagian panggung harus terwakili oleh pemain atau benda-benda yang ada di panggung. Penjelasan lebih lanjut mengenai keseimbangan panggung ini akan disampaikan pada bagian mengenai "Komposisi Pentas".
Seimbang berarti kedudukan pemain, termasuk juga benda-benda yang ada diatas panggung (setting) tidak mengelompok di satu tempat, sehingga mengakibatkan adanya kesan berat sebelah. Jadi semua bagian panggung harus terwakili oleh pemain atau benda-benda yang ada di panggung. Penjelasan lebih lanjut mengenai keseimbangan panggung ini akan disampaikan pada bagian mengenai "Komposisi Pentas".
v Utuh
Utuh berarti blocking yang ditampilkan hendaknya merupakan suatu kesatuan. Semua penempatan dan gerak yang harus dilakukan harus saling menunjang dan tidak saling menutupi.
Utuh berarti blocking yang ditampilkan hendaknya merupakan suatu kesatuan. Semua penempatan dan gerak yang harus dilakukan harus saling menunjang dan tidak saling menutupi.
v Bervariasi
Bervariasi artinya bahwa kedudukan pemain tidak disuatu tempat saja, melainkan membentuk komposisi-komposisi baru sehingga penonton tidak jenuh. Keadaan seorang pemain jangan sama dengan kedudukan pemain lainnya. Misalnya sama-sama berdiri, sama-sama jongkok, menghadap ke arah yang sama, dsb. Kecuali kalau memang dikehendaki oleh naskah.
Bervariasi artinya bahwa kedudukan pemain tidak disuatu tempat saja, melainkan membentuk komposisi-komposisi baru sehingga penonton tidak jenuh. Keadaan seorang pemain jangan sama dengan kedudukan pemain lainnya. Misalnya sama-sama berdiri, sama-sama jongkok, menghadap ke arah yang sama, dsb. Kecuali kalau memang dikehendaki oleh naskah.
v Memiliki titik pusat
Memiliki titik pusat artinya setiap
penampilan harus memiliki titik pusat perhatian. Hal ini penting artinya untuk
memperkuat peranan lakon dan mempermudah penonton untuk melihat dimana
sebenarnya titik pusat dari adegan yang sedang berlangsung. Antara pemain juga
jangan saling mengacau sehingga akan mengaburkan dimana sebenarnya letak titik
perhatian.
v Wajar
Wajar artinya setiap penempatan pemain ataupun benda-benda haruslah tampak wajar, tidak dibuat-buat. Disamping itu setiap penempatan juga harus memiliki motivasi dan harus beralasan. Dalam drama kontemporer kadang-kadang naskah tidak menuntut blocking yang sempurna, bahkan kadang-kadang juga sutradara atau naskah itu sendiri sama sekali meninggalkan prinsip-prinsip blocking. Ada juga naskah yang menuntut adanya gerak-gerak yang seragam diantara para pemainnya.
Wajar artinya setiap penempatan pemain ataupun benda-benda haruslah tampak wajar, tidak dibuat-buat. Disamping itu setiap penempatan juga harus memiliki motivasi dan harus beralasan. Dalam drama kontemporer kadang-kadang naskah tidak menuntut blocking yang sempurna, bahkan kadang-kadang juga sutradara atau naskah itu sendiri sama sekali meninggalkan prinsip-prinsip blocking. Ada juga naskah yang menuntut adanya gerak-gerak yang seragam diantara para pemainnya.
v Meditasi
Secara umum arti meditasi adalah mencoba untuk menenangkan pikiran. Dalam teater dapat diartikan sebagai suatu usaha untuk menenangkan dan mengosongkan pikiran dengan tujuan untuk memperoleh kestabilan diri.
Secara umum arti meditasi adalah mencoba untuk menenangkan pikiran. Dalam teater dapat diartikan sebagai suatu usaha untuk menenangkan dan mengosongkan pikiran dengan tujuan untuk memperoleh kestabilan diri.
·
Tujuan
Meditasi:
§ Mengosongkan pikiran.
Kita mencoba mengosongkan pikiran kita, dengan jalan
membuang segala sesuatu yang ada dalam pikiran kita, tentang berbagai masalah
baik itu masalah keluarga, sekolah, pribadi dan sebagainya. Kita singkirkan
semua itu dari otak kita agar pikiran kita bebas dari segala beban dan ikatan.
§ Meditasi sebagai jembatan.
Disini alam latihan kita sebut sebagai alam
"semu", karena segala sesuatu yang kita kerjakan dalam latihan adalah
semu, tidak pernah kita kerjakan dalam kehidupan sehari-hari. Jadi setiap gerak
kita akan berbeda dengan kelakuan kita sehari-hari. Untuk itulah kita
memerlukan suatu jembatan yang akan membawa kita dari alam kehidupan kita
sehari-hari ke alam latihan.
·
Cara
meditasi:
§ Posisi tubuh tidak terikat, dalam arti tidak dipaksakan.
Tetapi yang biasa dilakukan adalah dengan duduk bersila, badan usahakan tegak.
Cara ini dimaksudkan untuk memberi bidang/ruangan pada rongga tubuh sebelah
dalam.
§ Atur pernapasan dengan baik, hirup udara pelan-pelan dan
keluarkan juga dengan perlahan. Rasakan seluruh gerak peredaran udara yang
masuk dan keluar dalam tubuh kita.
§ Kosongkan pikiran kita, kemudian rasakan suasana yang ada
disekeliling kita dengan segala perasaan. Kita akan merasakan suasana yang
hening, tenang, bisu, diam tak bergerak. Kita menyuruh syaraf kita untuk lelap,
kemudian kita siap untuk berkonsentrasi.
Catatan:
Pada suatu saat mungkin kita kehilangan rangsangan untuk berlatih, seolah-olah timbul kelesuan dalam setiap gerak dan ucapan. Hal ini sering terjadi akibat diri terlalu lelah atau terlalu banyak pikiran. Jika hal ini tidak diatasi dan kita paksakan untuk berlatih, maka akan sia-sia belaka. Cara untuk mengatasi adalah dengan MEDITASI. Meditasi juga perlu dilakukan bila kita akan bermain di panggung, agar kita dapat mengkonsentrasikan diri kita dengan peran yang hendak kita bawakan.
Pada suatu saat mungkin kita kehilangan rangsangan untuk berlatih, seolah-olah timbul kelesuan dalam setiap gerak dan ucapan. Hal ini sering terjadi akibat diri terlalu lelah atau terlalu banyak pikiran. Jika hal ini tidak diatasi dan kita paksakan untuk berlatih, maka akan sia-sia belaka. Cara untuk mengatasi adalah dengan MEDITASI. Meditasi juga perlu dilakukan bila kita akan bermain di panggung, agar kita dapat mengkonsentrasikan diri kita dengan peran yang hendak kita bawakan.
·
Konsentrasi
Konsentrasi secara umum berarti "pemusatan". Dalam teater kita mengartikannya dengan pemusatan pikiran terhadap alam latihan atau peran-peran yang akan kita bawakan agar kita tidak terganggu dengan pikiran-pikiran lain, sehingga kita dapat menjiwai segala sesuatu yang kita kerjakan.
Konsentrasi secara umum berarti "pemusatan". Dalam teater kita mengartikannya dengan pemusatan pikiran terhadap alam latihan atau peran-peran yang akan kita bawakan agar kita tidak terganggu dengan pikiran-pikiran lain, sehingga kita dapat menjiwai segala sesuatu yang kita kerjakan.
·
Cara
konsentrasi:
Kita harus melakukan dahulu meditasi. Kita kosongkan dulu
pikiran kita, dengan cara-cara yang sudah ditentukan. Kita kerjakan sesempurna
mungkin agar pikiran kita benar-benar kosong dan siap berkonsentrasi. Setelah
pikiran kita kosong, mulailah memasuki otak kita dengan satu unsur pikiran.
Rasakan bahwa saat ini sedang latihan, kita memasuki alam semu yang tidak kita
dapati dalam kehidupan sehari-hari. Jangan memikirkan yang lain, selain bahwa kita
saat ini sedang latihan teater.
Catatan:
Pada saat kita akan membawakan suatu peran, misalnya sebagai ayah, nenek, gadis pemalu dan sebagainya, baik itu dalam latihan atau pementasan, konsentrasikan pikiran kita pada hal tersebut. Jangan sekali-kali memikirkan yang lain.
Pada saat kita akan membawakan suatu peran, misalnya sebagai ayah, nenek, gadis pemalu dan sebagainya, baik itu dalam latihan atau pementasan, konsentrasikan pikiran kita pada hal tersebut. Jangan sekali-kali memikirkan yang lain.
·
Pernapasan
Seorang artis panggung, baik itu dramawan ataupun penyanyi, maka untuk memperoleh suara yang baik ia memerlukan pernapasan yang baik pula. Oleh karena itu ia harus melatih pernapasan/alat-alat pernapasannya serta mempergunakannya secara tepat agar dapat diperoleh hasil yang maksimum, baik dalam latihan ataupun dalam pementasan.
Ada empat macam pernapasan yang biasa dipergunakan:
Seorang artis panggung, baik itu dramawan ataupun penyanyi, maka untuk memperoleh suara yang baik ia memerlukan pernapasan yang baik pula. Oleh karena itu ia harus melatih pernapasan/alat-alat pernapasannya serta mempergunakannya secara tepat agar dapat diperoleh hasil yang maksimum, baik dalam latihan ataupun dalam pementasan.
Ada empat macam pernapasan yang biasa dipergunakan:
§ Pernapasan dada
Pada pernapasan dada kita menyerap udara kemudian kita
masukkan ke rongga dada sehingga dada kita membusung. Di kalangan orang orang
teater pernapasan dada biasanya tidak dipergunakan karena disamping daya
tampung atau kapasitas dada untuk udara sangat sedikit, juga dapat mengganggu
gerak/akting sang aktor, karena bahu menjadi kaku.
§ Pernapasan perut
Dinamakan pernapasan perut jika udara yang kita hisap kita
masukkan ke dalam perut sehingga perut kita menggelembung. Pernapasan perut
dipergunakan oleh sebagian dramawan, karena tidak banyak mengganggu gerak dan
daya tampungnya lebih banyak dibandingkan dada.
§ Pernapasan lengkap
Pada pernapasan lengkap kita mempergunakan dada dan perut
untuk menyimpan udara, sehingga udara yang kita serap sangat banyak (maksimum).
Pernapasan lengkap dipergunakan oleh sebagian artis panggung yang biasanya
tidak terlalu mengutamakan akting, tetapi mengutamakan vokal.
§ Pernapasan diafragma
Diafragma adalah bagian tubuh kita yang terletak diantara
rongga dada dan perut. Sedangkan yang dimaksud dengan Pernapasan diafragma
adalah ketika sang aktor itu mengambil udara sebanyak-banyaknya kemudian
disimpan di diafragma dan rasakan bahwa diafragma itu benar-benar mengembang.
Hat ini dapat kita rasakan dengan mengembangnya perut, pinggang, bahkan bagian
belakang tubuh di sebelah atas pinggul kita juga turut mengembang.
Menurut perkembangan akhir akhir ini, banyak orang teater
yang mempergunakan pernapasan diafragma, karena tidak banyak mengganggu gerak
dan daya tampungnya lebih banyak dibandingkan dengan pernapasan perut.
·
Latihan
latihan pernapasan:
Pertama kita menyerap udara sebanyak
mungkin. Kemudian masukkan ke dalam dada, kemudian turunkan ke perut, sampai di
situ napas kita tahan. Dalam keadaan demikian tubuh kita gerakkan turun sampai
batas maksimurn bawah. Setelah sampai di bawah, lalu naik lagi ke posisi
semula, barulah napas kita keluarkan kembali.
Cara kedua adalah menarik napas dan mengeluarkannya kembali
dengan cepat.
Cara berikutnya adalah menarik napas dalam dalam, kemudian
keluarkan lewat mulut dengan mendesis, menggumam, ataupun cara cara lain. Di
sini kita sudah mulai menyinggung vokal.
Catatan:
Bila sudah menentukan pernapasan apa yang akan kita pakai, disarankan agar
janganlah beralih ke bentuk pernapasan yang lain.
·
Vokal
Untuk menjadi seorang pemain drama yang baik, maka dia harus mernpunyai dasar vokal yang baik pula. "Baik" di sini diartikan sebagai berikut:
Untuk menjadi seorang pemain drama yang baik, maka dia harus mernpunyai dasar vokal yang baik pula. "Baik" di sini diartikan sebagai berikut:
§
Dapat
terdengar (dalam jangkauan penonton, sampai penonton, yang paling belakang),
§
Jelas
(artikulasi/pengucapan yang tepat),
§
Tersampaikan
misi (pesan) dari dialog yang diucapkan, dan
§
Tidak
monoton.
Untuk mempunyai vokal yang baik ini,
maka perlu dilakukan latihan latihan vokal. Banyak cara, yang dilakukan untuk
melatih vokal, antara lain:
§
Tariklah
napas, lantas keluarkan lewat mulut sambil menghentakan suara "wah…"
dengan energi suara. Lakukan ini berulang kali.
§
Tariklah
napas, lantas keluarkan lewat mulut sambil menggumam "mmm…mmm…"
(suara keluar lewat hidung).
§
Sama
dengan latihan kedua, hanya keluarkan dengan suara mendesis,"ssss……."
§
Hirup
udara banyak banyak, kemudian keluarkan vokal "aaaaa……." sampai batas
napas yang terakhir. Nada suara jangan berubah.
§
Sama
dengan latihan di atas, hanya nada (tinggi rendah suara) diubah-ubah naik turun
(dalam satu tarikan napas)
§
Keluarkan
vokal "a…..a……" secara terputus-putus.
§
Keluarkan
suara vokal "a i u e o", "ai ao au ae ", "oa oi oe
ou", "iao iau iae aie aio aiu oui oua uei uia ......" dan
sebagainya.
§
Berteriaklah
sekuat kuatnya sampai ke tingkat histeris.
§
Bersuara,
berbicara, berteriak sambil berialan, jongkok, bergulung gulung, berlari,
berputar putar dan berbagai variasi lainnnya.
Catatan:
Apabila suara kita menjadi serak karena latihan latihan tadi, janganlah takut. Hal ini biasa terjadi apabila kita baru pertama kali melakukan. Sebabnya adalah karena lendir lendir di tenggorokan terkikis, bila kita bersuara keras. Tetapi bila kita sudah terbiasa, tenggorokan kita sudah agak longgar dan selaput suara (larink) sudah menjadi elastis. Maka suara yang serak tersebut akam menghilang dengan sendirinya. Dan ingat, janganlah terlalu memaksa alat alat suara untuk bersuara keras, sebab apabila dipaksakan akan dapat merusak alat alat suara kita. Berlatihlah dalam batas-batas yang wajar.
Apabila suara kita menjadi serak karena latihan latihan tadi, janganlah takut. Hal ini biasa terjadi apabila kita baru pertama kali melakukan. Sebabnya adalah karena lendir lendir di tenggorokan terkikis, bila kita bersuara keras. Tetapi bila kita sudah terbiasa, tenggorokan kita sudah agak longgar dan selaput suara (larink) sudah menjadi elastis. Maka suara yang serak tersebut akam menghilang dengan sendirinya. Dan ingat, janganlah terlalu memaksa alat alat suara untuk bersuara keras, sebab apabila dipaksakan akan dapat merusak alat alat suara kita. Berlatihlah dalam batas-batas yang wajar.
Latihan ini biasanya dilakukan di alam terbuka. misalnya di
gunung, di tepi sungai, di dekat air terjun dan sebagainya. Di sana kita mencoba
mengalahkan suara suara di sekitar kita, disamping untuk menghayati karunia
Tuhan.
Berlatih pernapasan banyak ragam dan caranya. Latihan
pernapasan bisa dilakukan dengan berbagai cara, dari cabang-cabang beladiri
seperti pencak silat, karate, atau berenang sekalipun. Namun ada beberapa
catatan penting yang harus dilakukan untuk tujuan pernapasan dalam pemeranan
(acting), yaitu:
·
Latihan
1.
§ Berbaring rata di lantai dan bernapaslah pada posisi
tersebut, rasakan tubuh betul-betul rileks.
§ Berbaring dilantai, rasakan daya beratnya, pusatkan pikiran
kea rah telapak kaki kita, ke ujung-ujung jari, rasakan seluruh pergelangan
kaki terlepas. Bayangkan seluruh nadi terisi udara, engsel-engsel lututpun
terisi udara biarkanlah tulang paha kita rileks sehingga daging dan otot-otot
menjadi satu dengan tulang-tulang. Bayangkan sendi-sendi pinggang dan tuang
paha berisi udara sehingga seluruh tubuh tidak lagi memberatkan kaki. Biarkan
otot punggung dan perut kita meleleh seperti air, biarkan punggung rileks dan
tidak usah memaksakan tulang punggung menjadi rata, biarkan otot-otot seluruh
tubuh dan kepala sampai rahang di samping telinga kita rileks hingga gigi kita
tidak terkunci juga lidah tidaklah lengket pada bagian atas mulut, rahang
menjadi seperti jatuh demikian juga dengan lidah yang tidak saling menyentuh.
Biarkan wajah kita terasa berat pada tulang tulang wajah, biarkan pipi, bibir,
pelupuk mata seluruhnya rileks.
§ Rasakan tubuh kita di lantai melorot rileks tariklah napas
secara penuh untuk merasakan sensasi-sensasi yang terjadi pada tubuh kita saat
di lantai akibat pernapasan yang alami itu. Ulangi itu terus menerus dengan
intens.
·
Latihan
2
§ Waspadai bahwa ditengah kediaman tubuh kita yang rileks itu
akan tidak terelakan sebuah kondisi yang mudah untuk jatuh apabila napas keluar
dan masuk dari tubuh, rileks bukan berarti tidak ada control terhadap tubuh
namun control sering kali membuat kita justru menjadi tegang, jadi pernapasan
yang berlangsung alami adalah citra dari rileks itu sendiri.
§ Tariklah napas secara mendalam tanpa paksaan, simpanlah
tangan di pundak untuk merasakan dorongan napas pada diafragma.
§ Pada saat udara masuk ke dalam tubuh dan terhisap oleh mulut
atau hidung, masuk ke pusat dan keluar kembali, senantiasa merasakan kehangatan
udara di dalam tubuh dan dinginnya udara yang kita hisap tersebut.
§ Pada saat merasakan udara yang masuk kedalam tubuh
ksenantiasa melakukan penghayatan pada udara tersebut, rasakan rasa lega yang
mendalam di dalam tubuh lalu hayatilah udara turun keperut dengan emosi yang
selalu terjaga (konsentrasi).
§ Ulangi dorongan kausalitas tersebut dengan latihan yang
intensif, emosi terjaga, selalu merasakan bahwa saat latihan kita adalah bagian
alam semesta ini.
§ Hal yang paling penting adalah menghindari
ketegangan-ketegangan, biarkan seluruhnya bergerak secara alami dan teratur
·
Olah
Vokal
Vokal (Suara) dan Speech (ucapan)
amatlah penting di dalam sebuah pementasan sebuah drama.
Menurut Maurize Zolotov, merupakan bagian dari isyarat
ataupun symbol, menurutnya ada kalimat Emosional untuk menyatakan perasaan dan
ada pula kata-kata yang dapat digunakan sebagai senjata mencapai kekuatan.
Menurut Henning Nelms, tentang speech ada lima :
·
Menyalurkan
kata-kata drama kepada penonton.
·
Memberi
arti-arti khusus pada kata-kata tertentu melalui odulasi suara.
·
Memuat
informasi tentang sifat dan perasaaan – pemeranan missal : Tentang umur,
kedudukan social, jabatan, kegembiraan, putus asa, kemarahan.
·
Mengendalikan
perasaan penonton.
·
Melengkapi
variasi.
Ø Tahap Pertama
Pada tahap pertama pada latihan olah vokal , hisap lah udara
sebanyak-banyaknya lalu tahan, kemudian hembuskan sambil mengeluarkan suara.
Ini dilakukan berulang-berulang.
Ø Tahap Kedua.
Hisap udara melalui melalui dada salurkan ke Rongga dada
hisap udara melalui perut, lalu tahan salurkan ke rongga Dada, keluarkan
melalui mulut. Sebaliknya dapat dilakukan dengan sebaliknya, apabila tahap
sudah dapat dilakukan bisa dilakukan dengan memainkan variasi pernapasan.
Ø Tahap ketiga
Pada tahap ini lakukan laatihan dengan menahan napas sambil
berjalan, berlari ini dilakukan berulang kali.
Ø Tahap keempat.
Bernapas di dalam air, dengan menahan beberapa saat lalu di
hembuskan dengan melalui teriakan.
Ø Latihan olah vokal melalui latihan speech (ucapan)
·
Diksi
Ucapan, lafal, menentukan suara yang harus dipergunakan. Diksi, lagu (gaya) berata, memberi kualitas kejelasan suara dari sebuah kata yang diucapkan. Latih aga dapat membedakan dengan jelas membedakan antara huruf-huruf p dengan b, t dengan d, k dengan g.
Ucapan, lafal, menentukan suara yang harus dipergunakan. Diksi, lagu (gaya) berata, memberi kualitas kejelasan suara dari sebuah kata yang diucapkan. Latih aga dapat membedakan dengan jelas membedakan antara huruf-huruf p dengan b, t dengan d, k dengan g.
Cobalah :
p—–
p—– p——
pp—-
pp—- pp—–
ppp–
ppp– ppp—-
pppp-
pppp- pppp–
ppppp
bbbbb ppppp
b—–
b—– b——
bb—-
bb—- bb—–
bbb–
bbb– bbb—-
bbbb-
bbbb- bbbb–
bbbbb
ppppp bbbbb
(tanda garis hubung merupakan
ketukan jarak)
Ulang-ulangilah latihan ini. Akan sangat efektif bila
dilakukan secara rutin tiap pagi atau sore. Tidak usah lama. Cukup barang
sepuluh atau lima belas menit saja.
Coba pula pada huruf-huruf yang lain dengan cara yang sama,
hingga semua dapat jelas terbedakan. Gerakan bibir merupakan sesuatu yang amat
penting bagi pengucapan yang jelas. Untuk memperoleh hal itu maka gerazkan
bibir sebanyak mungkin. Aktifkan gerakan bibir.
·
Tekanan
Tekanan dicapai dengan kontras. Suatu kata dapat diberi tekanan dengan mengubah tempo dan volumenya. Tempo sangatlah penting artinya. Tempo yang terlalu cepat hanya memberi kesan suara ribut. Saja. Kehilangan kandungan makna yang akan disampaikan Kebiasaan bicara cepat itu bisa dihilangkan dengan berlatih membiasakan ucapan-ucapan lambat. Mula – mula mengucapkan serentetan kata atau atau kalimat hanya dengan gerakan bibir saja, lambat tanpa bersuara. Sesudah itu dengan bersuara. Demikian berulang-ulang dilakukan.
Tekanan dicapai dengan kontras. Suatu kata dapat diberi tekanan dengan mengubah tempo dan volumenya. Tempo sangatlah penting artinya. Tempo yang terlalu cepat hanya memberi kesan suara ribut. Saja. Kehilangan kandungan makna yang akan disampaikan Kebiasaan bicara cepat itu bisa dihilangkan dengan berlatih membiasakan ucapan-ucapan lambat. Mula – mula mengucapkan serentetan kata atau atau kalimat hanya dengan gerakan bibir saja, lambat tanpa bersuara. Sesudah itu dengan bersuara. Demikian berulang-ulang dilakukan.
Kata dapat diberi tekanan dengan merendahkan volume.
Misalnya mengucapkan kata dengan lemah dalam saaatu kalimat yang nyaring.
Belajarlah memberi tekanan pada suatu kata dengan memberi sedikit jeda sebelum
dan sesudahnya.
Perubahan dalam pikiran dapat diperlihatkan dengan jeda atau
dengan perubahan tiba-tia pada nada serta volumenya.
·
Bentuk
Ucapan
Suatu ucapan Panjang atau pendek umumnya membangun klimaks, maka dari permulaan dibangunlah : (1) volume, (2) intensitas emosi, (3) variasi, (4) jarak, kecepatan.
Suatu ucapan Panjang atau pendek umumnya membangun klimaks, maka dari permulaan dibangunlah : (1) volume, (2) intensitas emosi, (3) variasi, (4) jarak, kecepatan.
Membangun satu unsure dari keempat unsure di atas secara
teknis amatlah sulit. Biasanya baik membangun dengan satu unsure, lalu beralih
pada yang lain, atau membangun dalam dua atau tiga unsure sekaligus.
·
Memuncak
Bila dua pemain atau lebih harus bersama-sama membangun satu reka-rekaan yang disebut topping, memuncak, dipergunakan, maka tiap pemain berkata pada saatu titik tinggi dalam volume, jarak, dan sebagainya dari kata terakhir pemain sebelumnya. Ini mungkin efektif. Tapi menuntut latihan, sebab pembangunan cenderung untuk meninggi begitu cepat hingga ucapan ketiga. Maka satu penanjakan agi sudah tidak mungkin.
Bila dua pemain atau lebih harus bersama-sama membangun satu reka-rekaan yang disebut topping, memuncak, dipergunakan, maka tiap pemain berkata pada saatu titik tinggi dalam volume, jarak, dan sebagainya dari kata terakhir pemain sebelumnya. Ini mungkin efektif. Tapi menuntut latihan, sebab pembangunan cenderung untuk meninggi begitu cepat hingga ucapan ketiga. Maka satu penanjakan agi sudah tidak mungkin.
·
Olah
Vokal
Sebagai media ucap dalam berakting, melatih organ suara
merupakan hal yang paling pokok. Bagaimana produksi suara kita, dilokalisir
dengan baik sesuai dengan kebutuhan peran. Jika aktor tekun melatih perangkat
suaranya lewat latihan yang benar dan teratur, dia akan lebih mudah dalam
memainkan perannya.
(Eka Gandra, Bagi Masa Depan Teater)
Kemampuan Vokal bagi seorang aktor adalah syarat utama agar
bisa memainkan peran dengan baik. Dengan laku vocal, pemeran dituntut untuk
dapat menjadi perwujudan watak-watak yang nyata.
Vokal sebagai salah satu media pengungkapan ekspresi aktor,
merupakan media penyampai informasi melalui dialog. Informasi tentang alur
cerita, setting peristiwa, karakter tokoh, emosi, kondisi, usia tokoh dan
lainnya. Dan hendaknya tersampaikan secara jelas melalui keterampilan pemeran
dalam menyampaikan dialog.
Pencapaian dalam materi ini adalah menciptakan aktor dengan
perangkat vokalnya yang efektif dan elastis sehingga mampu menyesuaikan takaran
volume suaranya dengan kondisi apapun. Ia juga mampu menampilkan
variasi-variasi suara dengan baik seolah berbicara seperti kebiasaan
sehari-hari, tetapi tanpa kehilangan kesan teaterikal.
Melalui vokal seorang aktor harus mampu menggali kedalaman
karakter tokoh dan nuansa dramatic shingga mampu menggugah imajinasi dan
empatik penonton.
Dalam olah vocal, teknik pernapasan adalah sesuatu yang
penting karena merupakan sumber tenaga penggerak atau penggetar pita suara
kita. Latihan pernapasan kita menjadi stabil dan efektif dalam menunjang
pembentukan suara.
Dilakukan dengan sikap berdiri, duduk atau tidur terlentang.
Lemaskan badan selemas-lemasnya, setelah betul-betul lemas aturlah napas seenak
mungkin. Tarik napas perlahan sekali (lima detik) lalu tahan => himpun napas
pada diafragma dalam tempo yang sama dengan waktu menarik napas => hembuskan
perlahan sama seperti menarik napas, kemudian tahan kembali dalam tempo yang
sama dengan menarik napas, kemudian tahan kembali dalam tempo yang tetap sama
=> kemudian tarik dan seterusnya berulang-ulang. Latihan ini hendaknya
dilakukan setiap hari, semakin lama tempo hitungan diperlambat sesuai dengan
kemampuan yang dicapai.
Berlatih dengan menyuarakan a, i, u, e, o pada saat
menghembuskan napas. Pada latihan pertama biarlah dulu pada nada yang tetap
kemudian coba dalam nada-nada yang lain, yang lebih rendah atau lebih tinggi.
Usahakan agar setiap napas yang keluar benar –benar memproduksi suara sehingga
tidak “over”. Agar ada variasi dan tidak membosankan, gerakan tubuh anda
seperti seorang pesilat dengan gerakan dasar yang mudah saja.
·
Pengucapan
Untuk dapat berartikulasi dengan
baik, dibutuhkan kelenturan alat-alat pengucapan. Artikulasi yang baik, akan
dapat dicapai dengan menempatkan posisi yang wajar tetapi dengan penggunaan
tenaga efektif dan terkontrol.
Alat-alat tersebut antara lain:
§ Bibir
Sangat berperan dalam membentuk
huruf-huruf hiduo dan huruf M-B-P. Latihan dengan membentuk mulut dengan ruang
gerak yang maksimal, otot bibir berulang membentuk bunyi U-A-U-I-U-A-O-E. Pada
saat menyuarakan huruf u bibir dibentuk mengkerucut tarik semaksimal mungkin
kedepan. Pada bentuk O, bibir membuat bulatan dan jangan lupa tarik bibir
kearah depan tetap diperhatikan. Pada bunyi A, bibir seolah pada posisi menguap
membentuk lonjong maksimal. Pada bentuk bunyi I, bibir seolah ditarik pipi ke
samping sehingga mulut nampak pipih. Lakukan latihan ini berulang-ulang mulai
dengan tempo membentuk lambing-lambang bunyi, percepatan temponya semakin cepat
dan cepat lagi. Lakukan latihan dengan menyuarakan gabungan huruf mati dengan
huruf diatas, menjadi MU-BA-PU-MI-BU-PA-MO-BE berulang-ulang dari lambat ke
sedang dan cepat. Lakukan dengan diiringi latihan dan pernapasan.
§ Lidah
Lidah sangat berperan dalam
membentuk bunyi huruf-huruf mati seperti C-D-L-N-R-S-T dan lainnya. Lidah yang
lincah akan dapat menentukan pembentukan lafal yang baik, tepat dan jelas.
Latihan-latihan dimaksud untuk mencapai tingkat kelenturan sehingga lidah tidak
saja lemas dan lincah tetapi juga mempunyai kemampuan seseorang yang mengalami
kesulitan dalam membentuk bunyi R dan T. Latihan lidah:
Menjulurkan
dan menaril lidah berulang-ulang
Menjulurkan
dan menarik ke atas => bawah, samping kanan => kiri dan kemudian
menjulurkannya untuk membuat gerakan berupa lingkaran.
Tempelkan
ujung pada gigi seriates lalu dorong lidah keluar, tempelkan ujung lidah pada gigi
serri bawah lalu doronglah lidah keluar, lakukan berulang-ulang.
Tutup
mulut lalu bunyikan Bberrrrrrrrrrrrrrr, Trerrrrrrrrrrrr.
§ Rahang
Membantu pembentukan rongga mulut.
Lakukan latihan-latihan seperti ini:
Tutup
dan buka mulut selebar mungkin, berulang-ulang.
Doronglah
rahang bawah ke muka lalu buka ke bawah lalu tarik kea rah dalam/ leher lalu
tutup mulut, rahang rapat, dorong ke muka kembali dan lakukan seterusnya
berulang-ulang semakin cepat.
Gerakan
rahang bawah ke kanan dan kiri.
Buat
lingkaran dengan rahang arah bergantian ke kanan dan ke kiri.
Ucapkan
dalam satu helaan napas hitung berapa pengulangan bunyi: wawawawawawawawa,
yayayayayayayayayaya
§
Langit-langit
Terdiri dari langit-langit keras dan
langit-langit lunak, merupakan bagian penting dalam pembentukan suara maupun
pengucapan. Selain itu, langit-langit berperan juga sebagai dinding resonator
pada rongga mulut. Latihan:
Tutup
mulut berbuatlah seakan-akan anda sedang berkumur, buka rahang bawah tetapi
bibir tetap rapat, tekan langit-langit ke atas dank ke bawah pula.
Tutup
mulut dalam keadaan rapat, kemudian lakukan seolah anda mengucapkan bunyi M, B,
K, N, NG, D, dan lainnya. Saat melakukan ini dapat dirasakan langit-langit
bergerak ke atas dan ke bawah.Setelah seluruhnya peralatan pernapasan dan
peralatan pengucapan kita latih dengan baik, barulah kita mencoba dengan
membaca dialog. Bacalah dengan volume yang sedang dan rasakann pula dorongan
napas diafragma, arahkan pembentukan suara ke resonator yang dirasakan paling
tepat. Misalnya ke rongga resonator dada, mulut atau hidung.
·
Pembentukan
Suara
Napas yang keluar melalui Trachea
sesampainya pada larynx akan menggetarkan pita suara, dank arena getaran itu
timbulah suara. Namun demikian suara tersebut baru akan terdengar baik bilamana
terlah beresonansi pada salah satu resonator, baik rongga mulut, rongga hidung
atau rongga dada. Misalnya, kalau bentuk rongga mulut bulat maka suara yang
diproduksinya akan bulat pula, tetapi kalau rongga mulut ditarik melebar
kesamping maka suara yang diproduksi akan terdengar ‘cempreng’. Seorang aktor
harus lebih menekankan pemberian karakter pada suaranya. Mengolah texture dan
warna suara yang sesuai dengan peran yang dimainkannya.
Seorang aktor juga harus bisa
mengolah beberapa warna vokal sesuai tuntutan scenario, seperti:
Menaikkan
dan menurunkan volume suara.
Meninggikan
dan merendahkan frekwensi nada bicara.
Mengatur
atau mengolah tempo pengucapan.
Mengatur
atau mengolah warna dan texture suara.
Latihan 1:
Ø Tariklah napas dan keluarkan seperti angina.
Ø Tariklah napas dan keluarkan seperti suara angina itu
sendiri, rasakan efek napas tersebut pada langit-langit atas mulut, lidah dan
pembentukannya.
Ø Tariklah napas dan keluarkan dengan suara seperti seolah
sedang berbisik, rasakan bagaimana kandungan napas dan suara yang keluar.
Ø Tariklah napas dan keluarkan dengan teks dan seolah suara
itu menyerupai angina.
Ø Seluruh latihan ini dilakukan secara alami dan intens.
Latihan 2 :
Ø Tariklah napas dan keluarkan seperti suara binatang berkaki
empat (bayangkan harimau, ajah, anjing, kucing dan lain sebainya).
Ø Tariklah napas dan keluarkan seperti suara jenis unggas
(bayangkan menjadi burung, ayam, bebek, dan lain sebagainya).
Ø Seluruh latihan ini dilakukan secara alami dan intens.
Latihan 3 :
Ø Cobalah kata-kata apa saja dari mulut.
Ø Cobalah berdialog improvisasi aa saja keluar dari mulut.
Ø Cobalah baca beberapa teks lakukan dengan alami dan bertahap
lewat vibrasi yang volumenya di tambah.
Ø Lakukan observasi suara manusia dan tirulah laku perannya
(how old I am: rasakan sensasi-sensasi usia yang ditiru pada teknik suara).
Ø Cobalah acting dengan teks.
Ø Hindari ketegangan-ketegangan.
Berikut ini catatan-catatan yang
dibuat oleh Frans Marajinen dari “Institut des Arts Spectaculaires” (INSAS) di
Brussell selama kursus yang diadakan oleh Jerzy Grotowsky dan sahabatnya,
Ryszard Cieslak, pada tahun 1966.
Dengan membandingkan latihan-latihan tahun 1959-1962, memang
ada perubahan yang dapat dicatat yakni dalam orientasi dan objek latihan yang
merupakan hasil kerja beberapa tahun sebelumnya.
Dalam pengantarnya, Grotowsky menjelaskan bahwa hubungan
antar penonton dan aktor adalah penting. Dengan dasar pemikiran ini, dia
memulai pelajaranya dengan semboyan: “Inti teater adalah aktor,
perbuatan-perbuatannya, dan apa yang dapat ia capai”. Skema pelajarannya dan
pelbagai macam latihan adalah didasari atas pengalaman secara metodik menuju
kepada teknik-teknik aktor dan kehadirannya secara fisik di atas panggung.
·
Latihan-latihan
Vokal
Untuk memulainya, Grotowski membuat
beberapa tanda tentang sikap yang disesuaikan dengan kerja seseorang. Ia minta
keterangan yang mutlak kepada siapa saja yang hadir dalam ruangan, baik aktor
maupun penonton. Ketawa haruslah ditahan pada bagian permulaan latihan nampak
seperti permainan sirkus. Mereka yang tidak biasa dengan metode tersebut
hendaknya menerima impresi ini, tapi secepatnya orang akan memahami apabila ia
telah menghadiri beberapa latihan dan melihat hasil yang dicapai. Penonton
dalam hal ini adalah mereka yang tidak ambil bagian aktif dalam latihan, dan
mereka harus “tidak terlihat dan tidak terdengar” oleh murid-murid.
§ Stimulasi atas Suara
Setiap aktor memilih teks dan ia bebas untuk membacanya,
menyanyikannya atau bahkan dengan teks itu ia boleh berteriak.
Latihan ini dilakukan secara
serempak. Sementara itu Grotowski berjalan keliling diantara mereka,
sekali-sekali meraba dada, punggung, kepala atau perut si murid ketika ketika
ia sedang membaca. Tidak satu bagianpun yang terlewat dari perhatian Grotowski.
Setelah latihan ini selesai, dia
menununjuk empat orang. Yang lain kembali ketempat duduknya masing-masing untuk
melihat perkembangan teman-temannya. Mereka tidak boleh bersuara.
Grotowski menempatkan satu orang di
tengah-tengah. Aktor membaca semuanya dengan suara yang secara berangsur-angsur
ditambah volumenya. Kata-kata disuarakan kembali dengan mantap, langit-langit
seakan-akan tengkorak bagian depanlah yang sedang berbicara. Kepala jangan
terkulai kebelakang sehingga menyebabkan laring tertutup. Melalui echo
langit-langit menjadi kawann berdialog yang akan mengambil bentuk pertanyaan
maupun jawaban (selama latihan Grotowski memimpin murid-muridnya dengan aba-aba
tangan, mengelilingi ruangan). Selanjutnya, dimulailah percakapan dengan
tembok, juga secara improvisasi. Di sinilah bukti bahwa echo adalah jawaban. Seluruh
badan merespons terhadap echo . Suara asli masuk dan keluar melalui dada.
Kemudian suara ditempatkan di perut.
Dalam acara ini percakapan dilangsungkan dengan lantai. Kedudukan badan:
“seperti seekor sapi gemuk”
Catatan: Grotowski menekankan bahwa selama latihan pikiran harus
dikosongkan. Murid-murid membaca teks tanpa berpikir dan tanpa pause. Grotowski
akan menyetop setiap kali ia melihat ada murid sedang berpikir dalam latihan.
Suara latihan diperlihatkan, secara
berurutan:
§ Suara kepala (menghadap kelangit-langit).
§ Suara Mulut (seakan berbicara pada udara di hadapannya)
§ Suara occipital (menghadap langit-langit tepat di atas
aktor).
§ Suara dada (diproyeksi di depan aktor)
§ Suara perut (menghadap kelantai)
Suara keluar dari kedua belah
bahu(menghadap langit-langit tepat diatas aktor); the small of the back
(menghadap ke dinding di samping aktor); bagian lumbar (menghadap kelantai,
dinding dan ruang disampingnya)
Grotowski tidak membiarkan aktor
beristirahat sebentarpun. Ketika aktor sedang membaca, ia berkeliling membaca
stimulasi dan “mremas” bagian tertentu badan murid, sehingga melepaskan
impuls-impuls yang terbawa oleh suara.
Ritme latihan sangan cepat. Seluruh
tubuh harus diikutsertakan walau hanya untuk latihan vokal saja. Suatu latihan
relaxation terdiri dari improvisasi percakapan dengan tembok, sepenuhnya bebas
dari tensi. Murid harus secara tetap menyadari bahwa echo harus selalu
ditangkap.
·
Artikulasi
Artikulasi yang dimaksud adalah pengucapan kata melalui mulut agar terdengar dengan baik dan benar serta jelas, sehingga telinga pendengar/penonton dapat mengerti pada kata kata yang diucapkan. Pada pengertian artikulasi ini dapat ditemukan beberapa sebab yang mongakibatkan terjadinya artikulasi yang kurang/tidak benar, yaitu:
Artikulasi yang dimaksud adalah pengucapan kata melalui mulut agar terdengar dengan baik dan benar serta jelas, sehingga telinga pendengar/penonton dapat mengerti pada kata kata yang diucapkan. Pada pengertian artikulasi ini dapat ditemukan beberapa sebab yang mongakibatkan terjadinya artikulasi yang kurang/tidak benar, yaitu:
Cacat artikulasi alam: cacat artikulasi ini dialami oleh
orang yang berbicara gagap atau orang yang sulit mengucapkan salah satu
konsonon, misalnya "r", dan sebagainya. Artikulasi jelek ini bukan
disebabkan karena cacat artikulasi, melainkan terjadi sewaktu waktu. Hal ini
sering terjadi pada pengucapan naskah/dialog.
Misalnya: Kehormatan menjadi kormatan, menyambung
menjadi mengambung, dan sebagainya.
Artikulasi jelek disebabkan karena
belum terbiasa pada dialog, pengucapan terlalu cepat, gugup, dan sebagainya.
Sedangkan artikulasi menjadi tak tentu: hal ini terjadi karena pengucapan
kata/dialog terlalu cepat, seolah olah kata demi kata berdempetan tanpa adanya
jarak sama sekali.
Untuk mendapatkan artikulasi yang
baik maka kita harus melakukan latihan:
Mengucapkan alfabet dengan benar,
perhatikan bentuk mulut pada setiap pengucapan. Ucapkan setiap huruf dengan
nada nada tinggi, rendah, sengau, kecil, besar, dsb. Juga ucapkanlah dengan
berbisik. Variasikan dengan pengucapan lambat, cepat, naik, turun, dsb
Membaca kalimat dengan berbagai variasi seperti di atas. Perhatikan juga bentuk mulut.
Membaca kalimat dengan berbagai variasi seperti di atas. Perhatikan juga bentuk mulut.
·
Gestikulasi
Gestikulasi adalah suatu cara untuk memenggal kata dan memberi tekanan pada kata atau kalimat pada sebuah dialog. Jadi seperti halnya artikulasi, gestikulasi pun merupakan bagian dari dialog, hanya saja fungsinya yang berbeda. Gestikulasi tidak disebut pemenggalan kalimat karena dalam dialog satu kata dengan satu kalimat kadang kadang memiliki arti yang sama. Misalnya kata "Pergi !!!!" dengan kalimat "Angkat kaki dari sini !!!". Juga dalam drama bisa saja terjadi sebuah dialog yang berbentuk "Lalu ?" , "Kenapa ?" atau "Tidak !" dan sebagainya. Karena itu diperlukan suatu ketrampilan dalam memenggal kata pada sebuah dialog.
Gestikulasi adalah suatu cara untuk memenggal kata dan memberi tekanan pada kata atau kalimat pada sebuah dialog. Jadi seperti halnya artikulasi, gestikulasi pun merupakan bagian dari dialog, hanya saja fungsinya yang berbeda. Gestikulasi tidak disebut pemenggalan kalimat karena dalam dialog satu kata dengan satu kalimat kadang kadang memiliki arti yang sama. Misalnya kata "Pergi !!!!" dengan kalimat "Angkat kaki dari sini !!!". Juga dalam drama bisa saja terjadi sebuah dialog yang berbentuk "Lalu ?" , "Kenapa ?" atau "Tidak !" dan sebagainya. Karena itu diperlukan suatu ketrampilan dalam memenggal kata pada sebuah dialog.
Gestikulasi harus dilakukan, sebab
kata kata yang pertama dengan kata berikutnya dalam sebuah dialog dapat
memiliki maksud yang berbeda. Misalnya: "Tuan kelewatan. Pergi!".
Antara "Tuan kelewatan" dan "Pergi" harus dilakukan
pemenggalan karena antara keduanya memiliki maksud yang berbeda. Hal ini
dilakukan agar lebih lancar dalam memberikan tekanan pada kata. Misalnya
"Tuan kelewatan"....... (mendapat tekanan), "Pergi…."
(mendapat tekanan).
·
Intonasi
Seandainya pada dialog yang kita ucapkan, kita tidak menggunakan intonasi, maka akan terasa monoton, datar dan membosankan. Yang dimaksud intonasi di sini adalah tekanan tekanan yang diberikan pada kata, bagian kata atau dialog. Dalam tatanan intonasi, terdapat tiga macam, yaitu:
Seandainya pada dialog yang kita ucapkan, kita tidak menggunakan intonasi, maka akan terasa monoton, datar dan membosankan. Yang dimaksud intonasi di sini adalah tekanan tekanan yang diberikan pada kata, bagian kata atau dialog. Dalam tatanan intonasi, terdapat tiga macam, yaitu:
§ Tekanan Dinamik (keras lemah)
Ucapkanlah dialog pada naskah dengan
melakukan penekanan penekanan pada setiap kata yang memerlukan penekanan.
Misainya saya pada kalimat "Saya membeli pensil ini" Perhatikan bahwa
setiap tekanan memiliki arti yang berbeda. Misal:
SAYA
membeli pensil ini. (Saya, bukan orang lain)
Saya
MEMBELI pensil ini. (Membeli, bukan, menjual)
Saya
membeli PENSIL ini. (Pensil, bukan buku tulis)
§ Tekanan Nada (tinggi)
Cobalah mengucapkan kalimat/dialog
dengan memakai nada/aksen, artinya tidak mengucapkan seperti biasanya. Yang
dimaksud di sini adalah membaca/mengucapkan dialog dengan Suara yang naik turun
dan berubah ubah. Jadi yang dimaksud dengan tekanan nada ialah tekanan tentang
tinggi rendahnya suatu kata.
§ Tekanan Tempo
Tekanan tempo adalah memperlambat
atau mempercepat pengucapan. Tekanan ini sering dipergunakan untuk lebih mempertegas
apa yang kita maksudkan. Untuk latihannya cobalah membaca naskah dengan tempo
yang berbeda beda. Lambat atau cepat silih berganti.
§ Warna Suara
Hampir setiap orang memiliki warna
suara yang berbeda. Demikian pula usia sangat mempengaruhi warna suara.
Misalnya saja seorang kakek, akan berbeda warna suaranya dengan seorang anak
muda. Seorang ibu akan berbeda warna suaranya dengan anak gadisnya. Apalagi
antara laki laki dengan perempuan, akan sangat jelas perbedaan warna suaranya.
Jadi jelaslah bahwa untuk membawakan suatu dialog dengan baik, maka selain
harus memperhatikan artikulasi, gestikulasi dan intonasi, harus memperhatikan
juga warna suara. Sebagai latihan dapat dicoba merubah rubah warna suara dengan
menirukan warna suara seorang tua, pengemis, anak kecil, dan lain sebagainya.
Selain mengenai dasar dasar vokal di
atas, dalam sebuah dialog diperlukan juga adanya suatu penghayatan. Mengenai
penghayatan ini akan diterangkan dalam bagian tersendiri. Untuk latihan cobalah
membaca naskah berikut ini dengan menggunakan dasar dasar vokal seperti di
atas.
(Kang Dul masuk tergopoh gopoh) Kang Dul: Aduh
Mas….e…..e…..itu, Mas…. Anu…. Mas….a….a….ada mahasiswa bawa mobil, pakaiannya
bagus. Saya takut, Mas, mungkin dia orang kota, Mas.
Bambang: Goblog ! Kenapa Takut ? Kenapa tidak kau kumpulkan
saja orang-orangmu untuk mengusirnya ?
Pak Slamet: (kepada Bambang) Kau lebih-lebih Goblog ! Kau
membohongi saya ! Kau tadi lapor apa ?! Sudah tidak ada orang kota yang masuk
ke daerah kita, hei ! (sambil mencengkeram Bambang).
Bambang: Sungguh, Pak, sudah lama tidak ada orang kota yang
masuk.
Pak Slamet: (membentak sambil mendorong) Diam Kamu !(kepada
Kang Dul) Di mana dia sekarang ?
Kang Dul: Di sana Pak, nongkrong di kantin sambil main
leptop.
·
Olah
Tubuh
Sebelum kita melangkah lebih jauh
untuk mempelajari seluk beluk gerak, maka terlebih dahulu kita harus mengenal
tentang olah tubuh. Olah tubuh (bisa juga dikatakan senam), sangat perlu
dilakukan sebelum kita mengadakan latihan atau pementasan. Dengan berolah tubuh
kita akan, mendapat keadaaan atau kondisi tubuh yang maksimal. Selain itu olah
tubuh juga mempunyai tujuan melatih atau melemaskan otot otot kita supaya
elastis, lentur, luwes dan supaya tidak ada bagian bagian tubuh kita yang kaku
selama latihan-latihan nanti.
§ Pelaksanaan olah tubuh:
Pertama
sekali mari kita perhatikan dan rasakan dengan segenap panca indera yang kita
punyai. Dengan memakai rasa kita perhatikan seluruh tubuh kita, mulai dari
ujung rambut sampai ujung kaki.
Sekarang
mari kita menggerakkan tubuh kita.Jatuhkan kepala ke depan. Kemudian jatuhkan
ke belakang, ke kiri, ke kanan. Ingat kepala/leher dalam keadaan lemas, seperti
orang mengantuk. Putar kepala pelan pelan dan rasakan lekukan lekukan di leher,
mulai dari muka. kemudian ke kiri, ke belakang dan ke kanan. Begitu seterusnya
dan lakukan berkali kali. Ingat, pelan pelan dan rasakan ! Putar bahu ke arah
depan berkali kali, juga ke arah belakang. Pertama satu-persatu terlebih
dahulu, baru kemudian bahu kiri dan kanan diputar serentak. Putar bahu kanan ke
arah depan, sedangkan bahu kiri diputar ke arah belakang. Demikian pula
sebaliknya.
Rentangkan
tangan kemudian putar pergelangan tangan, putar batas siku, putar tangan
keseluruhan. Lakukan berkali kali, pertama tangan kanan dahulu, kemudian tangan
kiri, baru bersama sama.
Putar
pinggang ke kiri, depan, kanan, belakang. Juga sebaliknya. Ambil posisi berdiri
yang sempurna, lalu angkat kaki kanan dengan tumpuan pada kaki kiri. Jaga
jangan sampai jatuh. Kemudian putar pergelangan kaki kanan, putar lutut kanan,
putar seluruh kaki kanan. Kerjakan juga pada kaki kiri sesuai dengan cara di
atas. Sebagai pembuka dan penutup olah tubuh ini, lakukan iari lari di tempat
dan meloncat loncat.
·
Macam
Macam Gerak:
Setiap orang memerlukan gerak dalam
hidupnya. Banyak gerak yang dapat dilakukan manusia. Dalam latihan dasar
teater, kita juga harus mengenal dengan baik bermacam macam gerak Latihan
latihan mengenai gerak ini harus diperhatikan secara khusus oleh seseorang yang
berkecimpung dalam bidang teater. Pada dasarnya gerak dapat dibagi menjadi dua,
yaitu
§ Gerak Teaterikal
Gerak
teaterikal adalah gerak yang dipakai dalam teater, yaitu gerak yang lahir dari
keinginan bergerak yang sesuai dengan apa yang dituntut dalam naskah. Jadi
gerak teaterikal hanya tercipta pada waktu memainkan naskah drama.
§ Gerak Non Teaterikal
Gerak
non teaterikal adalah gerak kita dalam kehidupan sehari hari. Gerak yang
dipakai dalam teater (gerak teaterikal) ada bermacam macam, secara garis besar
dapat kita bagi menjadi dua, yaitu gerak halus dan gerak kasar.
§ Gerak Halus
Gerak
halus adalah gerak pada raut muka kita atau perubahan mimik, atau yanq lebih
dikenal lagi dengan ekspresi. Gerak ini timbul karena pengaruh dari
dalam/emosi, misalnya marah, sedih, gembira, dan sebagainya.
§ Gerak Kasar
Gerak
kasar adalah gerak dari seluruh/sebagian anggota tubuh kita. Gerak ini timbul
karena adanya pengaruh baik dari luar maupun dari dalam. Gerak kasar masih
dapat dibagi menjadi empat bagian. yaitu:
§ Business
adalah
gerak gerak kecil yang kita lakukan tanpa penuh kesadaran Gerak ini kita
lakukan secara spontan, tanpa terpikirkan (refleks). Misalnya:
sewaktu
kita sedang mendengar alunan musik, secara tak sadar kita menggerak gerakkan
tangan atau kaki mengikuti irama musik.
sewaktu
kita sedang belajar/membaca, kaki kita digigit nyamuk. Secara refleks tangan
kita akan memukul kaki yang tergigit nyamuk tanpa kehilangan konsentrasi kita
pada belajar.
§ Gestures,
adalah gerak gerak besar yang kita lakukan. Gerak ini adalah gerak yang kita
lakukan secara sadar. Gerak yang terjadi setelah mendapat perintah dari
diri/otak kita Untuk melakukan sesuatu, misalnya saja menulis, mengambil gelas,
jongkok, dsb.
§ Movement,
adalah gerak perpindahan tubuh dari tempat yang satu ke tempat yang lain. Gerak
ini tidak hanya terbatas pada berjalan saja, tetapi dapat juga berupa berlari,
bergulung gulung, melompat, dsb.
§ Guide,
adalah cara berjalan. Cara berjalan disini bisa bermacam-macam. Cara berjalan
orang tua akan berbeda dengan cara berjalan seorang anak kecil, berbeda pula
dengan cara berjalan orang yang sedang mabuk, dsb. Setiap gerakan yang kita
lakukan harus mempunyai arti, motif dan dasar. Hal ini harus benar-benar
diperhatikan dan harus diyakini benar-benar oleh seorang pemain apa maksud dan
maknanya ia melakukan gerakan yang demikian itu. Dalam latihan gerak, kita
mengenal latihan "gerak-gerak dasar". Latihan mengenai gerak-gerak
dasar ini kita bagi menjadi tiga bagian, yaitu:
Gerak
dasar bawah: posisinya dalam keadaan duduk bersila. Di sini kita hanya boleh
bergerak sebebasnya mulai dari tempat kita berpijak sampai pada batas kepala
kita.
Gerak
dasar tengah: posisi kita saat ini dalam keadaan setengah berdiri. Di sini kita
diperbolehkan bergerak mulai dari bawah sampai diatas kepala.
Gerak
dasar atas: di sini kita boleh bergerak sebebas-bebasnya tanpa ada batas.
Dalam melakukan gerak-gerak dasar diatas kita dituntut untuk berimprovisasi / menciptakan gerak-gerak yang bebas, indah dan artistik.
Dalam melakukan gerak-gerak dasar diatas kita dituntut untuk berimprovisasi / menciptakan gerak-gerak yang bebas, indah dan artistik.
·
Gerak
Dan Vokal
Setelah kita berlatih tentang vokal
dan gerak secara terpisah, maka sekarang kita mencoba untuk memadukan antara
vokal dan gerak. Banyak bentuk-bentuk latihan yang dapat dilakukan, antara lain
mengucapkan kalimat yang panjang sambil berlari-lari, melompat, jongkok,
bergulung-gulung, atau juga bisa dengan memutar-mutar kepala, memutar-mutar
tubuh, dan sebagainya. Latihan ini berguna sekali bagi kita pada waktu acting.
Tujuannya adalah agar vokal dan gerak kita selalu serasi, agar gerak kita tidak
terlalu banyak berpengaruh pada vokal.
§ Penggunaan Pancaindera
Manusia
yang normal dikaruniai Tuhan dengan lima panca indera secara utuh. Dalam
kehidupan sehari-hari kita selalu menggunakan panca indera kita tersebut, baik
secara bersama-sama ataupun sendiri-sendiri. Dalam teater kita juga harus
menggunakan indera kita dengan baik agar dapat memainkan suatu peran dengan
baik pula. Supaya alat-alat indera kita dapat bekerja semaksimal mungkin, tentu
saja harus dilatih. Hal ini sangat perlu dalam teater untuk membantu kita dalam
membentuk ekspresi. Bentuk-bentuk latihan yang dapat dilakukan, antara lain:
Mata
Duduk bersila sambil menatap suatu titik di dinding. Konsentrasi hanya pada titik tersebut. Usahakan menatap titik tersebut tanpa berkedip, selama mungkin.
Duduk bersila sambil menatap suatu titik di dinding. Konsentrasi hanya pada titik tersebut. Usahakan menatap titik tersebut tanpa berkedip, selama mungkin.
Telinga
Duduk bersila, pejamkan mata. Sementara itu seseorang mengetuk-ngetuk sesuatu pada beberapa macam benda, dimana setiap benda memiliki nada / suara yang berlainan. Hitunglah berapa kali ketukan pada benda yang sudah ditentukan. Duduklah ditepi jalan yang ramai, sambil memejamkan mata. Cobalah untuk mengenali suara apa saja yang masuk ke telinga, misalnya suara truk, bus, sepeda motor, suara tawa seseorang diatas sepeda motor, suara sepatu diatas trotoar,dsb.
Duduk bersila, pejamkan mata. Sementara itu seseorang mengetuk-ngetuk sesuatu pada beberapa macam benda, dimana setiap benda memiliki nada / suara yang berlainan. Hitunglah berapa kali ketukan pada benda yang sudah ditentukan. Duduklah ditepi jalan yang ramai, sambil memejamkan mata. Cobalah untuk mengenali suara apa saja yang masuk ke telinga, misalnya suara truk, bus, sepeda motor, suara tawa seseorang diatas sepeda motor, suara sepatu diatas trotoar,dsb.
Hidung
Duduk ditepi jalan sambil memejamkan mata, kemudian cobalah untuk mengenali bau apa yang ada disekitar kita. Misalnya bau keringat orang yang lewat didepan kita, bau parfum, asap knalpot, asap rokok, atau tanah yang baru disiram hujan, dsb. Ciumlah tangan, kaki, pakaian, dan jika bisa seluruh tubuh kita, rasakan dan hayati benar-benar bagaimana baunya.
Duduk ditepi jalan sambil memejamkan mata, kemudian cobalah untuk mengenali bau apa yang ada disekitar kita. Misalnya bau keringat orang yang lewat didepan kita, bau parfum, asap knalpot, asap rokok, atau tanah yang baru disiram hujan, dsb. Ciumlah tangan, kaki, pakaian, dan jika bisa seluruh tubuh kita, rasakan dan hayati benar-benar bagaimana baunya.
Kulit
Rabalah tangan, kaki, kepala dan seluruh tubuh kita, juga pakaian kita. Rasakan dan kenalilah tubuh kita itu, cari perbedaan antara setiap tubuh. Rabalah dinding, lantai, meja, atau benda-benda lain. Perhatikanlah bagaimana rasanya, dingin atau panas. Juga sifatnya halus atau kasar dan coba juga mengenali bentuknya. Lakukan latihan ini dengan mata terpejam.
Rabalah tangan, kaki, kepala dan seluruh tubuh kita, juga pakaian kita. Rasakan dan kenalilah tubuh kita itu, cari perbedaan antara setiap tubuh. Rabalah dinding, lantai, meja, atau benda-benda lain. Perhatikanlah bagaimana rasanya, dingin atau panas. Juga sifatnya halus atau kasar dan coba juga mengenali bentuknya. Lakukan latihan ini dengan mata terpejam.
Lidah
Rabalah dengan lidah bagaimana bentuk mulut kita, bagaimana bentuk gigi, langit-langit, bibir, dan sebagainya. Rasakan dengan menjilat, bagaimana rasa dari sebuah kancing baju, sapu tangan, batang pensil, tangan yang berkeringat,dsb.
Rabalah dengan lidah bagaimana bentuk mulut kita, bagaimana bentuk gigi, langit-langit, bibir, dan sebagainya. Rasakan dengan menjilat, bagaimana rasa dari sebuah kancing baju, sapu tangan, batang pensil, tangan yang berkeringat,dsb.
·
Karakterisasi
Karakterisasi adalah suatu usaha untuk menampilkan karakter atau watak dari tokoh yang diperankan. Tokoh-tokoh dalam drama, adalah orang-orang yang berkarakter. Jadi seorang pemain drama yang baik harus bisa menampilkan karakter dari tokoh yang diperankannya dengan tepat. Dengan demikian penampilannya akan menjadi sempurna karena ia tidak hanya menjadi figur dari seorang tokoh saja, melainkan juga memiliki watak dari tokoh tersebut.
Karakterisasi adalah suatu usaha untuk menampilkan karakter atau watak dari tokoh yang diperankan. Tokoh-tokoh dalam drama, adalah orang-orang yang berkarakter. Jadi seorang pemain drama yang baik harus bisa menampilkan karakter dari tokoh yang diperankannya dengan tepat. Dengan demikian penampilannya akan menjadi sempurna karena ia tidak hanya menjadi figur dari seorang tokoh saja, melainkan juga memiliki watak dari tokoh tersebut.
Agar kita dapat memainkan tokoh yang
berkarakter seperti yang dituntut naskah, maka kita harus terlebih dahulu
mengenal watak dari tokoh tersebut. Suatu misal, kita dapat peran menjadi
seorang pengemis. Nah, kita harus mengenal secara lengkap bagaimana
sifat-sifatnya, tingkah lakunya, dsb. Apakah dia seorang yang licik, pemberani,
atau pengecut, alim, ataukah hanya sekedar kelakuan yang dibuat-buat.
Demikianlah, kita menyadari bahwa untuk memerankan suatu tokoh, kita tidak
hanya memerankan jabatannya, tetapi juga wataknya. Misalnya:
Tokoh (A) … jabatan (lurah) … watak (licik, pura-pura,
pengecut)
Tokoh (B) … jabatan (jongos) … watak (baik hati, ramah, jujur, mengalah)
Tokoh (B) … jabatan (jongos) … watak (baik hati, ramah, jujur, mengalah)
Untuk melatih karakteristik dapat
dipakai cara sebagai berikut:
Dengan menirukan gerak-gerak dasar
yang biasa dilakukan oleh pengemis, kakek, anak kecil, pemabuk, orang buta,
dsb. (yang dimaksud dengan gerak-gerak dasar disini adalah cirri-ciri khas) Dua
orang atau lebih, berdiri dan berkonsentrasi, kemudian salah satu memberi
perintah kepada temannya untuk bertindak / berlaku sebagai tokoh dari apa yang
diceritakan. Untuk membantu memberi suasana, dapat memakai musik pengiring.
Untuk memperdalam mengenai karakteristik, maka agaknya perlu juga kita
mempelajari observasi, ilusi, imajinasi dan emosi. Untuk itu marilah kita
kenali satu persatu.
·
Observasi
Observasi adalah suatu metode untuk mempelajari / mengamati seorang tokoh. Bagaimana tingkah lakunya, cara hidupnya, kebiasaannya, pergaulannya, cara bicaranya, dsb. Setelah kita mengenal segala sesuatu tentang tokoh tersebut, kita akan mengetahui wujud dari tokoh itu. Setelah itu baru kita menirukannya. Dengan demikian kita akan menjadi tokoh yang kita ingini.
Observasi adalah suatu metode untuk mempelajari / mengamati seorang tokoh. Bagaimana tingkah lakunya, cara hidupnya, kebiasaannya, pergaulannya, cara bicaranya, dsb. Setelah kita mengenal segala sesuatu tentang tokoh tersebut, kita akan mengetahui wujud dari tokoh itu. Setelah itu baru kita menirukannya. Dengan demikian kita akan menjadi tokoh yang kita ingini.
·
Ilusi
Ilusi adalah bayangan atas suatu peristiwa yang akan terjadi maupun yang telah terjadi, baik yang dialami sendiri maupun yang tidak. Kejadian itu dapat berupa pengalaman, hasil observasi, mimpi, apa yang dilihat, dirasakan, ataupun angan-angan, kemungkinan-kemungkinan, ramalan, dan lain sebagainya.
Ilusi adalah bayangan atas suatu peristiwa yang akan terjadi maupun yang telah terjadi, baik yang dialami sendiri maupun yang tidak. Kejadian itu dapat berupa pengalaman, hasil observasi, mimpi, apa yang dilihat, dirasakan, ataupun angan-angan, kemungkinan-kemungkinan, ramalan, dan lain sebagainya.
§ Cara-cara melatihnya antara lain:
Menyampaikan data-data tentang suatu kecelakaan, kebakaran,
dsb. Bercerita tentang perjalanan keliling pulau Jawa, ketika dimarahi guru,
dsb. Menyampaikan pendapat tentang lingkungan hidup, sopan santun dikampung,
dsb. Menyampaikan keinginan untuk menjadi raja, polisi, dewa, burung, artis,
dsb. Berangan-angan bahwa kelak akan terjadi perang antar planet, dsb.
·
Jiwa
Proses pertama transformasi atau penjiwaan terhdap peran, adalah memberi focus kepada energi yang sudah dimiliki oleh si aktor. Dia harus mengendalikan dirinya menuju satu tujuan tertentu. Usaha memfokuskan energi itu adalah usaha menyerahkan diri sepenuhnya kepada aksi dramatis sesuai tuntutan naskah, dimana ia mampu menentukan pilihan-pilihan aksi selaras dengan keyakinannya terhadap tokohnya.
Proses pertama transformasi atau penjiwaan terhdap peran, adalah memberi focus kepada energi yang sudah dimiliki oleh si aktor. Dia harus mengendalikan dirinya menuju satu tujuan tertentu. Usaha memfokuskan energi itu adalah usaha menyerahkan diri sepenuhnya kepada aksi dramatis sesuai tuntutan naskah, dimana ia mampu menentukan pilihan-pilihan aksi selaras dengan keyakinannya terhadap tokohnya.
·
Persiapan
Seorang Aktor
Seorang aktor harus punya pusat
perhatian (konsentrasi) dan bahwa pusat ini seyogyanya tidak berada di tengah
tempat latihan. Makin menarik pusat perhatian, makin sanggup ia memusatkan
perhatian.
Jelas sekali sebelum anda sanggup menetapkan
titik perhatian yang sedang dan yang jauh, terlebih dahulu anda harus belajar
bagaimana caranya memandang dan melihat benda-benda di area set.
Aktor yang berada di area set,
menghayati suatu kehidupa yang sejati atau imajiner. Kehidupan abstrak ini
perhatian dalam diri kita. Tapi ia tidak mudah untuk dimanfaatkan, karena ia
sangat rapuh. Seorang aktor harus juga seorang pengamat, bukan saja dalam
memainkan peran di atas pentas atau sebuah film, tapi juga dalam kehidupan
sehari-hari. Dengan keseluruhan dirinya ia harus memusatkan pikirannya pada
segala yang menarik perhatiannya . Ia harus memandang sebuah objek, bukan lain,
tapi betul-betul dengan mata yang tajam. Jika tidak, maka seluruh metode
kreatifnya akan ternyata mengembang dan tidak punya hubungan dengan kehidupan.
Umumnya orang tidak tahu bagaimana caranya mengamati tarikna wajah, sorotan
mata seseorang dan nada suara untuk dapat memahami pikiran lawan bicara mereka.
Mereka tidak bisa secara aktif memahami kebenaran kehidupan secara kompleks dan
juga tidak sanggup mendengar kan sedemikian rupa, hingga mereka dapat memahami
apa yang mereka dengar.
Jika mereka dapat melakukan ini,
kehidupan ini akan jauh lebih baik, lebih mudah dan kerja kreatif mereka akan
lebih kaya, lebih halus dan lebih dalam.
Tapi kita tidak bisa memaksakan pada
seseorang sesuatu yang tidak dimilikinya, hanya daya yang dimilikinya saja yang
bisa ia kembangkan.
Bagaimana cara untuk mencapai ini?
Pertama, aktor harus belajar melihat, menyimak dan mendengarkan sesuatu yang indah.
Kebiasaan itu akan mencerdaskan jiwa mereka dan melahirkan perasaan yang akan
meninggalkan jejak-jejak yang dalam pada ingatan emosi mereka.
Ambil sekuntum bunga kecil atau
selembar kelopak bunga dan cobalah utarakan dengan katapkata tentang seluk beluk,
tekstur, warna dan sifat-sifatnya secara detail. Setelah melalui proses kreatif
ini, lalu anda mulai menelaah bahan emosional yang hidup yang paling diperlukan
dan dijadikan landasan bagi kreativitas selanjutnya.
Kesan-kesan yang diperoleh dari
hubungan langsung dan pribadi dengan orang lainnya. Hubungan ini dapat
diperoleh hanya kontak batin. Begitu banyak pengalaman batin ini yang tidak
bisa dilihat secara inderawi oleh mata, hanya terbayang dalam tarikan wajah,
mata, suara dan cara kita bicara dan menggerakan tangan. Tapi sungguhpun
begitu, bukanlah hal yang mudah untuk menangkap apa yang terkandung dalam diri
orang lain, Karena biasanya orang tidak selalu membukakan pintu hatinya dan
membiarkan kita melihat mereka dan bagaimana mereka sebenarnya. Makna-makna
seperti itu melekat pada pola perilaku yang mengenali dan mampu memanfaatkan
aspek perilaku ini secaraefektif. Seorang aktor dituntut untuk dapat memerankan
setiap kegiatan disetiap situasi. Tiap karakterpun harus terindividualisasikan
dengan hal yang berkenaan pada perilaku. Sebagai tambahan, tiap karakter yang
diperankan seharusnya mempunyai perilaku yang umum seperti yang ada di tengah
masyarakat.
Perilaku luar sebuah rancangan harus
ditempatkan semata-mata melalui bagian luar karakternyasaja dari harus memiliki
arti yang mendalam.
Terakhir, aktor harus bisa
mengontrol kecenderungan bahasa non – verbalnya yang mungkin saja tidak cocok
dengan karakter yang diperankannya.
·
Imajinasi
Imajinasi adalah suatu cara untuk menganggap sesuatu yang tidak ada menjadi seolah-olah ada. Kalau ilusi obyeknya adalah peristiwa, maka imajinasi obyeknya benda atau sesuatu yang dibendakan. Tujuannya adalah agar kita tidak hanya selalu menggantungkan diri pada benda-benda yang kongkrit. Juga diatas pentas, penonton akan melihat bahwa apa yang ditampilkan tampak benar-benar terjadi walaupun sesungguhnya tidak terlihat, benar-benar dialami sang pelaku. Kemampuan untuk berimajinasi benar-benar diuji bilamana kita sedang memainkan sebuah pantomim.
Imajinasi adalah suatu cara untuk menganggap sesuatu yang tidak ada menjadi seolah-olah ada. Kalau ilusi obyeknya adalah peristiwa, maka imajinasi obyeknya benda atau sesuatu yang dibendakan. Tujuannya adalah agar kita tidak hanya selalu menggantungkan diri pada benda-benda yang kongkrit. Juga diatas pentas, penonton akan melihat bahwa apa yang ditampilkan tampak benar-benar terjadi walaupun sesungguhnya tidak terlihat, benar-benar dialami sang pelaku. Kemampuan untuk berimajinasi benar-benar diuji bilamana kita sedang memainkan sebuah pantomim.
Sebagai contoh, dalam naskah OBSESI,
terjadi dialog antara pemimpin koor dengan roh suci. Roh suci disini hanya
terdengar suaranya, tetapi pemain harus menganggap bahwa roh suci benar-benar
ada. Dalam contoh lain dapat kita lihat pada sebuah naskah yang didalamnya
terdapat sebuah dialog, sebagai berikut: "Hei letnan, coba perhatikan
perempuan berkaca mata gelap didepan toko itu. Perhatikan topi dan tas hitam
yang dipakainya. Rasa-rasanya aku pernah melihat tas dan topi itu dipakai
Nyonya Lisa beberapa saat sebelum terjadi pembunuhan". Yang
dibicarakan tokoh diatas sebenarnya hanya khayalan saja. Perempuan berkaca mata
gelap, bertopi, dan bertas hitam tidak terlihat atau tidak tampak dalam pentas.
Telah disebutkan bahwa obyek
imajinasi adalah benda atau sesuatu yang dibendakan, termasuk disini segala
sifat dan keadaannya. Sebagai latihan dapat dipakai cara-cara sebagai berikut:
§ Sebutkan sebanyak mungkin benda-benda yang terlintas di otak
kita. Jangan sampai menyebutkan sebuah benda lebih dari satu kali.
§ Sebutkan sebuah benda yang tidak ada disekitar kita kemudian
bayangkan dan sebutkan bentuk benda itu, ukurannya, sifatnya, keadaannya,
warna, dsb.
§ Menganggap atau memperlakukan sebuah benda lain dari yang
sebenarnya. Contohnya, menganggap sebuah batu adalah suatu barang yang sangat
lucu, baik itu bentuknya, letaknya, dsb. Sehingga dengan memandang batu
tersebut kita jadi tertawa terpingkal-pingkal.
§ Menganggap sesuatu benda memiliki sifat yang berbeda-beda.
Misalnya sebuah pensil rasanya menjadi asin, pahit, manis kemudian berubah
menjadi benda yang panas, dingin, kasar, dsb.
·
Emosi
Emosi dapat diartikan sebagai ungkapan perasaan. Emosi dapat berupa perasaan sedih, marah, benci, bingung, gugup, dsb. Dalam drama, seorang pemain harus dapat mengendalikan dan menguasai emosinya. Hal ini penting untuk memberikan warna bagi tokoh yang diperankan dan untuk menunjang karakter tokoh tersebut. Emosi juga sangat mempengaruhi tubuh, yaitu tingkah laku, roman muka (ekspresi), pengucapan dialog, pernapasan, niat. Niat disini timbul setelah emosi itu terjadi, misalnya setelah marah maka tinbul niat untuk memukul, dsb.
Emosi dapat diartikan sebagai ungkapan perasaan. Emosi dapat berupa perasaan sedih, marah, benci, bingung, gugup, dsb. Dalam drama, seorang pemain harus dapat mengendalikan dan menguasai emosinya. Hal ini penting untuk memberikan warna bagi tokoh yang diperankan dan untuk menunjang karakter tokoh tersebut. Emosi juga sangat mempengaruhi tubuh, yaitu tingkah laku, roman muka (ekspresi), pengucapan dialog, pernapasan, niat. Niat disini timbul setelah emosi itu terjadi, misalnya setelah marah maka tinbul niat untuk memukul, dsb.
·
Penghayatan
Penghayatan adalah mengamati serta mempelajari isi dari naskah untuk diterpakan tubuh kita. Misalnya pada waktu kita berperan sebagai Pak Usman yang berprofesi sebagai polisi, maka saat itu kita tidak lagi berperan sebagai diri kita sendiri melainkan menjadi Pak Usman yang berprofesi sebagai polisi. Hal inilah yang harus kita terapkan dengan baik jika kita akan memainkan sebuah naskah drama.
Penghayatan adalah mengamati serta mempelajari isi dari naskah untuk diterpakan tubuh kita. Misalnya pada waktu kita berperan sebagai Pak Usman yang berprofesi sebagai polisi, maka saat itu kita tidak lagi berperan sebagai diri kita sendiri melainkan menjadi Pak Usman yang berprofesi sebagai polisi. Hal inilah yang harus kita terapkan dengan baik jika kita akan memainkan sebuah naskah drama.
§ Cara-cara yang dipergunakan dalam penghayatan adalah:
Pelajari naskah secara keseluruhan, supaya dapat mengetahui
apa yang dikehendaki oleh naskah, problema apa yang ditonjolkan, serta apa
titik tolak dan inti dari naskah.
Melakukan gerak serta dialog yang terdapat dalam naskah. Jadi disini kita sudah mendapat gambaran tentang akting dari tokoh yang akan kita perankan. Sebagai latihan cobalah membaca sebuah naskah / dialog dengan diiringi musik sebagai pembantu pemberi suasana. Hayati dulu musiknya baru mulailah membaca.
Melakukan gerak serta dialog yang terdapat dalam naskah. Jadi disini kita sudah mendapat gambaran tentang akting dari tokoh yang akan kita perankan. Sebagai latihan cobalah membaca sebuah naskah / dialog dengan diiringi musik sebagai pembantu pemberi suasana. Hayati dulu musiknya baru mulailah membaca.
·
Ekspresi
Kemampuan Ekspresi merupakan
pelajaran pertama untuk seorang aktor, dimana ia berusaha untuk mengenal
dirinya sendiri. Si aktor akan berusaha meraih ke dalam dirinya dan menciptakan
perasaan-perasaan yang dimilikinya, agar mencapai kepekaan respons terhadap
segala sesuatu. Kemampuan ekspresi menuntut teknik-teknik penguasaan tubuh
seperti relaksasi, konsentrasi, kepekaan, kreativitas dan kepunahan diri
(pikiran-perasaan-tubuh yang seimbang) seorang aktor harus terpusat pada
pikirannya.
Kita menggunakan cara-cara non
linguistik ini untuk mengekspresikan ide-ide sebagai pendukung berbicara.
Tangisan, infleksi nada, gesture, adalah cara-cara berkomunikasi yang lebih
universal dari pada bahasa yang kita mengerti. Bahkan cukup universal untuk
disampaikan kepada binatang sekalipun.
·
Relaksasi
Realaksasi adalah hal pertama yang
haru dilakukan dengan cara menerima keberadaan dirinya. Relaksasi bukan berarti
berada dalam keadaan pasif (santai) tetapi keadaan dimana semua kekangan yang
ada di tubuh terlepas.
Salah satu masalah yang sering dihadapi oleh aktor adalah
kebutuhan untuk relaksasi. Baik itu di dalam kelas, dalam latihan, di atas
panggung, maupun paska produksi. Relaksasi adalah hal yang sangat penting bagi
semua performer. Relaksasi bukanlah keadaan menta dan fisik yang tidak aktif,
melainkan keadaan yang cukup aktif dan positif. Ini memungkinkan seorang aktor
untuk mengekspresikan dirinya saat masih didalam kontrol faktor-faktor lain
yang bekerja melawan cara pemeranan karakter yang baik. Jadi, relaksasi adalah
hal yang penting dalam upaya mencapai tujuan utama dari seorang performer.
Segala sesuatu yang mengalihkan perhatian ataupun yang
mencampuri konsentrasi seorang aktor atas sebuah karakter, cenderung dapat
merusak relaksasi. Aktor pemula biasanya tidak dapat dengan mudah merespons
sebuah perintah untuk relak, hal ini disebabkan berkaitan dengan aspek-aspek
fisik kepekaan dan emosi akting ketika berada dihadapan penonton. Dengan kata
lain, dalam keadaan rileks, aktor akan menunggu dengan tenang dan sadar dalam
mengambil tempat dan melakukan akting. Untuk mencapai relaksasi atau mencapai
kondisi kontrol mental maupun fisik diatas panggung,
konsentrasi adalah tujuan utama. Ada korelasi yang sangat dekat antara pikiran
dan tubuh. Seorang aktor harus dapat mengontrol tubuhnya setiap saat dengan
pengertian atas tubuh dan alasan bagi perilakunya. Langkah awal untuk menjadi
seorang aktor yang cakap adalah sadar dan mampu menggunakan tubuhnya dengan
efisien.
·
Olah
Mimik
Perangkat wajah dan sekitarnya,
menjadi titik sentral yang akan dilatih. Dalam olah mimik ini, kita akan
memaksimalkan delikan mata, kerutan dahi, gerakan mulut, pipi, rahang, leher
kepala, secara berkesinambungan.
·
Komposisi
Pentas
Komposis pentas adalah pembagian
pentas menurut bagian-bagian yang tertentu. Komposisi pentas ini dibuat untuk
membantu blocking, dimana setiap bagian pentas mempunyai arti tersendiri.
Kadar kekuatan pentas dapat dilihat pada urutan
penempatannya. Bagian depan lebih kuat daripada bagian belakang. Bagian kanan
lebih kuat daripada bagian kiri. Oleh karena itu jangan menempatkan diri atau
benda yang kadar kekuatannya tinggi pada bagian yang kuat. Carilah
tempat-tempat yang sesuai agar blocking kelihatan seimbang. Walaupun demikian
harus tetap dalam batas-batas yang wajar, jangan terlalu dibuat-buat
·
Tekhnik
Memberi Puncak
Puncak ialah ujung tanjakan pengembangan, perkembangan
adegan-adegan yang memuncak (klimak). Dibawah ini 4 (empat) cara membina
puncak.
§ Dengan Menahan Intensitas Emosi.
Emosi baru dapat di capai pada tingkat puncak dalam
memainkan adegan kejengkelan dan Kemarahan sang pemain harus dapat menahan,
demikian pula dengan kegembiraannya yang tidak terlalu tinggi
§ Dengan menahan reaksi terhadap perkembangan ALUR.
“Rang Garda seorang mucikari, dia
tahu sedang dikejar-kejar oleh Matt Dilon. Dari kota-kekota lain. Ia
menyembunyikan diri, tetapi mat dilon selalu menguntitnya. Akhirnya dikota lama
Matt Dilon memergokinya di sebuah warung puja sera. Ia tidak bisa menghindar
lagi, sekarang ia menghadapi sangseng yang ia takuti, yang selama beberapa
purnama selalu merongrong hidupnya. Pemeranan yang memainkan! Rang Garda harus
menahan kegugupannyaa sebelum klimak di kota lama.
§ Dengan teknik bermain bersama
§ Dengan Penempatan pemain
·
Timing
Yang dimaksud dengan timing adalah ketepatan hubungan gerakan jasmani yang berlangsung sekejab dengan kata atau kalimat yang diucapkan.
Yang dimaksud dengan timing adalah ketepatan hubungan gerakan jasmani yang berlangsung sekejab dengan kata atau kalimat yang diucapkan.
·
Teknik
Penonjolan
Upaya memilah bagian mana yang perlu
ditonjolkan senjata teknisnya adalah suara pengucapan dan jasmani nya.
·
Takaran
Peran Dalam Pemeranan
Sebagai seorang pemain haruslah
mempunyai kejelian dalam memillih atau menapsiran pada warna naskah.
·
Tempo
Permainan
Merupakan cepat atau lambatnya
permainan.
·
Irama
Permainan
Merupakan gelombang yang naik turun,
longgar kencangnya gerakan, atau suara-suara yang terjadi dengan teratur.
·
Menciptakan
Peran
Melalui pendekatan imajinatif (spontan daan otomatis) dan terperinci (mengumpulkan keterangan-keterangan) Caranya adalah:
Melalui pendekatan imajinatif (spontan daan otomatis) dan terperinci (mengumpulkan keterangan-keterangan) Caranya adalah:
§ Pertama ; Kumpulkan tindakan-tindakan pokok yang harus di
lakukan oleh peran yang bersaangkutan.
§ Kesdua : Kumpulkanlah watak sifat sang peran, lalu hubungkan
dengan tindakan-tinddakan pokok yang harus di kerjakan, lalu yang mana yang
harus ditonjolkan
§ Ketiga : Carilah pada naskah Ucapan-ucapan yang meskipun
tersirat dapat ditimbulkan maksudnya.
§ Keempat : Carilah pada naskah hal-hal yang mana sifat sifat
tersebut untuk dapat kesempatan di tonjolkan.
§ Kelima : Ciptakanlah gerakan-gerakan air muka, sikap dan
langkah yang bisa menyatkan WATAK-WATAK yang termaksud di atas.
§ Keenam : CIPTAKANLAH TIMING yang tepat agar gerakan tersebut
sinkron.
§ Ketujuh : Dimana diperhitungkan Teknik pengucapan untuk
memberikan tekanan daaan penonjolan pada watak tersebut.
§ Kedelapan : Rancangkanlah garis permainan yang sedemikian
rupa, sehingga gambaran tiap perincian watak dapat menurun sesuai dengan
aturrannya dan pada tindakan yang terkuat hubungan pula pada atak yang terkuat
pula.
·
Responss
Respons sangat penting (yang datangnya dr rasa spontan, yan lahir dari jiwa terdalam ier akting).
Respons sangat penting (yang datangnya dr rasa spontan, yan lahir dari jiwa terdalam ier akting).
§
Pertama
respons dengan tanggapan-tanggapan cerita
§
Kedua
respons pada tanggapan lingkungan
§
Ketiga
Tanggapan kepada teman-teman bermain.
·
Penonton
Kadar
kekuatan pentas dapat dilihat pada urutan nomornya. Bagian depan
lebih kuat daripada bagian belakang. Bagian kanan lebih kuat daripada bagian
kiri. Oleh karena itu jangan menempatkan diri atau benda yang kadar kekuatannya
tinggi pada bagian yang kuat. Carilah tempat-tempat yang sesuai agar blocking
kelihatan seimbang. Walaupun demikian harus tetap dalam batas-batas yang wajar,
jangan terlalu dibuat-buat.
·
Komposisi Pentas
Komposis pentas
adalah pembagian pentas menurut bagian-bagian yang tertentu. Komposisi pentas
ini dibuat untuk membantu blocking, dimana setiap bagian pentas
mempunyai arti tersendiri. Berikut ini adalah skema komposisi pentas.
7
|
8
|
9
|
4
|
5
|
6
|
1
|
2
|
3
|
DAFTAR PUSTAKA
Hamzah Adjib A., Pengantar Bermain Drama, CV Rosda, Bandung.
Iman Sholeh & Rik Rik El Saptaria, Module Workshop
Keaktoran Festamasio 3, TGM, Jogjakarta, 2005
Noer C. Arifin, Teater Tanpa Masa Silam, DKJ, Jakarta, 2005.
Tidak ada komentar:
Posting Komentar
Jangan tinggalkan Blog ini sebelum anda memberikan komentar...!!!