Assalamualaikum Saudara dan Saudari ku...

Salam sejahtera untuk kita semua....
Semoga kita selalu berada dalam lindungan Allah S.W.T.....Amin

Sabtu, 12 Desember 2015

Contoh Proposal Penelitian_STKIP Yapis Dompu




KRITIK SOSIAL DALAM ACARA “SENTILAN–SENTILUN”
DI METRO TV



PROPOSAL


Oleh
M. Yusuf
C-743.2011.01.031







SEKOLAH TINGGI KEGURUAN DAN ILMU PENDIDIKAN
STKIP YAPIS DOMPU
PROGRAM STUDI BAHASA DAN SASTRA INDONESIA
JULI 2015


KRITIK SOSIAL DALAM ACARA “SENTILAN–SENTILUN”
DI METRO TV
A.      Latarbelakang
Di Indonesia sedang maraknya politik yang saling menjatuhkan dan saling mengkritik antara satu dengan yang lainnya. Bahasa-bahasa kritikan yang diungkapkan pun tidak tanggung-tanggung dan kerapkali membuat telinga semakin memanas dan naik darah, sehingga mengakibatkan pertikaian. Pertikaian yang terjadi di negeri ini, karena adanya persaingan baik persaingan yang bersifat antar individu maupun persaingan yang bersifat antar kelompok, atau persaingan yang muncul karena tidak ingin menerima krtitikan.
Sehubungan dengan hal tersebut, maka dapat diklasifikasikan bentuk kritikan. Adapun bentuk kritikan yang dimaksud antara lain, kritik yang membangun dan kritik yang menjatuhkan. Kritik yang membangun yaitu kritik yang memberikan masukan kepada individu dengan tujuan baik, agar individu dapat memperbaiki kekurangan dan sadar terhadap kelemahannya tanpa memojokkan individu yang dikritik serta memberi tips untuk mendukung upaya perbaikan kekurangannya. Sedangkan kritik yang menjatuhkan yaitu kritik yang diungkapkan karena tidak suka pada keberhasilan individu lain dalam sesuatu hal, biasanya memberi masukan yang dapat menjebak dan tidak secara langsung memperlihatkan rasa irinya dan tidak menilai secara objektif terhadap individu yang dikritiknya.
Dari kedua bentuk kritik tersebut, dapat terlihat respon individu yang menjadi korban kritikan. Ada yang marah, ada yang malu, ada yang tidak menanggapi, ada yang menganggap kritikan itu angin lalu, ada yang sedih, ada yang senang kalau dikritik, ada yang hanya tertawa, ada yang membalas, bahkan ada yang hanya diam, semuanya tergantung cara individu mengkritik terhadap permasalahan yang dibahas.
Berkaitan dengan permasalahan pada halaman sebelumnya, maka dalam menyampaikan kritikan perlu adanya media sebagai penyalurnya, salah satunya ialah media televisi. Media televisi merupakan salah satu media informasi yang tersebar diseluruh dunia. Media ini memiliki peran penting bagi kehidupan manusia di era teknologi seperti sekarang ini. Selain itu, dapat menjadi sumber informasi bagi kehidupan masyarakat.
Ada beberapa stasiun televisi swasta yang meramaikan dunia pertelevisian di Indonesia, diantaranya Metro TV, TV One, TransTV, Trans7, ANTV, Global TV, dan Kompas TV. Masing-masing televisi tersebut berusaha menghadirkan inovasi-inovasi dalam setiap programnya, sehingga mampu menarik perhatian penonton. Jenis program yang dimiliki oleh stasiun televisi pada umumnya ialah berita, hiburan, olahraga, edukasi, dan talkshow.
Sebagai media, televisi dapat memberikan informasi yang menghibur, terbuka, dan memberikan nilai pendidikan serta nilai sosial kepada setiap penontonnya. Hal ini sesuai dengan Undang-undang penyiaran pasal 4 No 32 tahun 2002, yaitu (1) penyiaran sebagai pendidikan, hiburan yang sehat, kontrol dan perekat sosial, (2) penyiaran juga mempunyai fungsi ekonomi dan budaya. (Nugraha, 2013: 10)
Salah satu yang menarik perhatian acaranya ialah program Talkshow yang tayang secara “live” diberbagai stasiun televisi. Setiap program talkshow tersebut, mengangkat topik-topik yang sedang hangat diperbincangkan oleh khalayak ramai, memberikan motivasi dan mengkritik terhadap kinerja pemerintah sekarang ini, serta membahas isu-isu nasional. Hampir seluruh televisi menyiarkan secara “live” program yang bernuansa talkshow, diantaranya “Sentilan-Sentilun” di Metro TV.
“Sentilan-Sentilun” merupakan salah satu judul acara yang ditayangkan setiap hari Senin pukul 22:30 WIB di Metro TV. Hal yang menarik perhatian dalam acara “Sentilan-Sentilun” ini adalah mengangkat tema politik, dipadukan dengan nuansa komedi/lucu, sehingga setiap sindirian yang diberikan terhadap sesuatu objek tidak terlalu mencolok, namun dapat memberikan pencerahan dan sudut pandang yang baru.  
“Sentilan-Sentilun” menjadi acara favorit dan digemari karena mampu mencarikan solusi dalam setiap permasalahan yang dibahas, menghadirkan tokoh-tokoh atau narasumber yang merupakan publik figur yang penting dan kompeten, serta menggunakan bahasa yang mudah dicerna dan dipahami oleh masyarakat awam sekali pun. Oleh karena itu, ketika ungkapan kritikan dihubungkan dengan konteks, maka tuturan tokoh sentilan dan sentilun dalam acara “Sentilan-Sentilun” lebih mengarah pada kritik sosial.
Kritik sosial terdiri atas dua istilah yakni dari kata kritik dan sosial. Kritik berarti kecaman atau tanggapan, kadang-kadang disertai uraian dan pertimbangan baik buruk suatu hasil karya, pendapat dan sebagainya. Sedangkan sosial memiliki arti berteman, bersama, berserikat, bermaksud untuk mengerti kejadian-kejadian dalam masyarakat yaitu persekutuan manusia, untuk dapat berusaha mendatangkan perbaikan dalam kehidupan bersama. (Depdiknas, 2008: 132)
Marbun, (2000: 359) mengungkapkan bahwa kritik sosial adalah salah satu bentuk komunikasi dalam masyarakat yang bertujuan atau berfungsi sebagai kontrol terhadap jalannya suatu sistem sosial atau proses bermasyarakat. Bertolak dari pendapat Marbun, Mahfud (dalam Susanto, 2001: 47) menjelaskan bahwa kritik sosial adalah suatu tindakan yang membandingkan, mengamati secara teliti dan melihat perkembangan secara cermat tentang baik atau buruknya kualitas suatu masyarakat.
Dari beberapa pendapat tersebut, maka dapat disimpulkan bahwa kritik sosial merupakan tindakan yang mengontrol, menilai, meneliti jalannya suatu sistem sosial, serta mengamati permasalahan dalam suatu masyarakat secara cermat dengan tujuan perbaikan kualitas suatu masyarakat.
Sebagai contoh konkret pada episode “Upaya Penggebosan Anti Korupsi” yang ditayangkan pada tanggal 6 februari 2015. Para pemandu acara dengan ringan bercakap-cakap dan menanyakan hal-hal yang serius. Sebagaimana yang dikutip dalam percakapan Sentilun dengan bapak Thamrin Tomagola yang merupakan pakar sosiolog berikut ini:
Sentilun :   Menurut analisis saya, dalam politik itu kan ada kepentingan, apa yang tidak terlihat sering kali justru lebih menentukan. Para perempuan itu yang penting bukan bajunya, tetapi apa yang ada dibalik baju itu, maknanya ndoro, soal pengangkatan kapolri itu, siapa ini yang punya kepentingan?
Setelah itu, terdapat pula percakapan kecil diakhir acara antara tokoh sentilan dan sentilun yaitu
Sentilun : Makanya, sekarang ini sudah saatnya sebagai presiden, pak Jokowi itu merealisasikan janji-janjinya kepada rakyat.
Sentilan : Eh, tapi dia lupa gak sebetulnya, kelihatannya lupa gak ?
Sentilun : gak bakal lupa ndoro, dia harus konsisten terus menunjukan bahwa pak jokowi tunduk kepada rakyat bukan kepada partai.
Dari kutipan tersebut, jika dihubungkan dengan konteks yang ada, maka tuturan tokoh sentilan dan setilun dalam acara “Sentilan-Sentilun” lebih mengarah pada kritik sosial. Tuturan tokoh sentilan dan sentilun terjadi, karena meninjau dan melihat fenomena-fenomena yang terjadi disekitar masyarakat, dan sedang banyak diperbincangkan oleh khalayak ramai, dengan tujuan untuk mencarikan solusi dan memberi penilaian terhadap permasalahan yang terjadi. Hal ini sesuai dengan pendapat Mahfud (dalam Susanto, 2001: 47) yang menjelaskan bahwa kritik sosial merupakan suatu tindakan yang membandingkan, mengamati secara teliti dan melihat perkembangan secara cermat tentang baik atau buruknya kualitas suatu masyarakat.
Pada umumnya, penonton pemerhati perkembangan sosial politik di negeri ini, hanya memperhatikan dari sudut informasi, dan mengetahui perkembangan politik dan isu-isu nasional yang terjadi saja, tidak memperhatikan nilai-nilai sosial dan nilai pendidikan, yang dapat dijadikan pedoman dan contoh untuk dapat diterapkan dalam kehidupan bermasyarakat, sehingga menganggap bahasa kritikan sebagai hal-hal yang negatif dan menjatuhkan saja.
Sehubungan dengan itu, Haryanto (2012: 4) mengungkapkan bahwa dalam kritik sosial terdapat dua bentuk antara lain kritik yang membangun dan kritik yang menjatuhkan.
Jadi, hendaknya acara talkshow yang ditayangkan secara langsung disetiap stasiun televisi, tidak sekedar memberikan informasi terkait perkembangan sosial politik di negeri ini, memberikan kritikan dan solusi dari setiap permasalahan yang terjadi, tetapi dapat juga memberikan nilai-nilai pendidikan dan sosial yang positif dalam kehidupan bermasyarakat, agar dapat dijadikan sebagai pedoman dan contoh untuk diterapkan dalam kehidupan bermasyarakat.
Berdasarkan pembahasan tersebut, maka penulis berinisiatif untuk melakukan penelitian dengan judul kritik sosial dalam acara “Sentilan-Sentilun” di Metro TV.
B.       Batasan Masalah
Sesuai dengan judulnya, maka cakupan penelitian ini sangat luas. Untuk lebih terarah dan fokusnya penelitian ini, perlu dibatasi pada hal-hal yang relevan dengan tujuan menafsirkan hasil analisis serta pemanfaatannya dikemudian hari. Keterbatasan-keterbatasan tersebut ialah sebagai berikut:
1)   Kritik sosial yang dimaksud dalam penelitian ini adalah bahasa/ungkapan yang mengandung kritik sosial yang digunakan tokoh sentilan dan sentilun dalam acara “Sentilan-Sentilun” yang bersifat membangun (Konstruktif) dan menjatuhkan (Destruktif).
2)   “Sentilan-Sentilan” yang dimaksud adalah acara “Sentilan-Sentilun” yang terdapat di stasiun televisi yaitu Metro TV yang ditayangkan setiap hari Jumat, pukul 22.30 Wib edisi tayang bulan Agustus tahun 2015.
C.      Rumusan Masalah
Berdasarkan paparan latarbelakang, maka dapat dirumuskan masalah bagaimanakah kritik sosial dalam acara “Sentilan-Sentilun” di Metro TV ?
D.      Tujuan Penelitian
Sesuai dengan rumusan masalah, maka penelitian ini bertujuan untuk mendeskripsikan kritik sosial dalam acara “Sentilan-Sentilun” di Metro TV.
E.       Manfaat Penelitian
1)      Manfaat Teoretis
Secara teori diharapkan penelitian ini dapat memberikan kontribusi positif terhadap nilai-nilai sosial dan etika dalam penilaian, pengamatan, dan meneliti perkembangan baik buruknya kualitas suatu masyarakat, khususnya dalam kehidupan bermasyarakat. Selain itu, hasil penelitian dapat dijadikan acuan bagi peneliti lain yang ingin mengembangkan dan mendalami hal-hal yang tidak dapat dijangkau dalam penelitian ini serta yang belum terlampaui dalam penelitian ini.
2)      Manfaat Praktis
Secara praktis, hasil penelitian dapat memberikan masukan yang bermanfaat bagi beberapa pihak yakni sebagai berikut:
a)      Bagi peneliti, sebagai pedoman dan acuan dalam memberikan kritikan dan masukan kepada individu lain, dengan memperhatikan nilai-nilai sosial dan etika berkritik.
b)      Bagi pembaca dan masyarakat umum, dapat dijadikan pedoman dan acuan dalam menyusun karya ilmiah berikutnya.
c)      Bagi kampus, sebagai bahan informasi dan menambah khasanah ilmu pengetahuan dalam mengkritik dan menilai perkembangan suatu masyarakat.
F.       Definisi Operasional
Definisi operasional diberikan untuk menyamakan persepsi antara peneliti dengan pembaca. Adapun istilah-istilah yang didefinisikan sebagai berikut:
1)   Kritik sosial adalah tindakan yang membandingkan serta mengamati secara teliti dan melihat perkembangan secara cermat tentang baik atau buruknya kualitas suatu masyarakat.
2)   Kritik konstruktif adalah kritik yang bersifat membangun, memberikan masukan kepada individu dengan tujuan baik, agar individu dapat memperbaiki kekurangan dan sadar terhadap kelemahannya tanpa memojokkan individu yang dikritik.
3)   Kritik destruktif adalah kritik yang bersifat menjatuhkan karena tidak suka pada keberhasilan individu lain dalam sesuatu hal.
4)   “Sentilan-Sentilun” adalah salah satu judul acara talkshow yang ditayangkan setiap hari Jumat, pukul 22.30 Wib di Metro TV. Acara ini dipenuhi dengan lelucon dan sindiran yang mengandung kritikan terhadap para pemimpin, dan elit politik serta menyoroti peristiwa-peristiwa yang sedang diperbincangkan khalayak ramai.
G.      Tinjauan Pustaka
1)        Kritik Sosial
a)   Pengertian Kritik Sosial
Depdiknas (2008: 132) menjelaskan bahwa kritik berarti kecaman atau tanggapan, kadang-kadang disertai uraian dan pertimbangan baik buruk suatu hasil karya, pendapat dan sebagainya. Kritik juga dapat dikatakan sebagai ulasan mengenai nilai suatu karya baik kelebihan maupun kekurangannya. Kritik adalah penilaian atas nilai yang dihubungkan dengan perlunya situasi dan perilaku yang ideal”. (Sobur, 2001: 195)
Alwi (2003: 185) juga mengungkapkan kata sosial memiliki arti berteman, bersama, berserikat, bermaksud untuk mengerti kejadian-kejadian dalam masyarakat yaitu persekutuan manusia, untuk dapat berusaha mendatangkan perbaikan dalam kehidupan bersama. Sedangkan Depdiknas (2008: 132) menjelaskan bahwa kata sosial berkenaan dengan masyarakat, suka memperhatikan kepentingan umum.
Kritik Sosial terdiri atas dua istilah yakni dari kata kritik dan sosial. Kritik berarti kecaman atau tanggapan, kadang-kadang disertai uraian dan pertimbangan baik buruk suatu hasil karya, pendapat dan sebagainya. Sedangkan sosial memiliki arti berteman, bersama, berserikat, bermaksud untuk mengerti kejadian-kejadian dalam masyarakat yaitu persekutuan manusia, untuk dapat berusaha mendatangkan perbaikan dalam kehidupan bersama. (Alwi, 2003: 185)
Bertolak dari pendapat di atas, menurut Marbun menjelaskan bahwa kritik sosial adalah salah satu bentuk komunikasi dalam masyarakat yang bertujuan atau berfungsi sebagai kontrol terhadap jalannya suatu sistem sosial atau proses bermasyarakat. (Marbun, 2000: 359).
Mahfud (dalam Susanto, 2001: 47) juga mengungkapkan bahwa kritik sosial adalah suatu tindakan yang membandingkan dan mengamati secara teliti serta melihat perkembangan secara cermat tentang baik atau buruknya kualitas suatu masyarakat.
Dari beberapa pendapat tersebut, maka dapat disimpulkan bahwa kritik sosial merupakan tindakan yang mengontrol, menilai, meneliti jalannya suatu sistem sosial, serta mengamati permasalahan dalam suatu masyarakat secara cermat dengan tujuan perbaikan kualitas suatu masyarakat.
b)   Macam-Macam Kritik Sosial
Haryanto (2012: 2) mengungkapkan bahwa sesungguhnya semua kritik hanya melihat dari sisi negatif, tidak ada kritik yang melihat sisi positif. Namun semua kritik tujuannya sama, supaya sesuatu yang negatif bisa menjadi positif. Masalahnya adalah banyak orang tidak memahami hakikat daripada kritik itu sendiri. Oleh karena itu, kritik sosial terbagi atas beberapa macam yaitu:
(1)     Dilihat dari Tujuannya
(a)      Kritik Konstruktif  yaitu kritik yang bertujuan membangun. Misalnya, untuk mengatasi kemacetan lalu lintas, sebaiknya diterapkan sistem genap-ganjil plat nomor polisi.
(b)     Kritik Destruktif yaitu kritik yang bertujuan tidak membangun. Misalnya, atas terjadinya penembakan terhadap TKI di Malaysia, maka disarankan agar pemerintah menyatakan perang dengan Malaysia.
(c)      Tidak memberikan solusi yaitu kritik yang ditujukan kepada orang yang dianggap mampu mencari solusi. Misalnya,  kritik terhadap pimpinan KPK yang dianggap mampu menyelesaikan kasus-kasus korupsi.
(d)     Tidak memberikan alternatif solusi yaitu kritik terhadap orang yang dianggap tidak mampu mencari solusi. Misalnya, kritik terhadap pelajar/mahasiswa yang cara belajarnya salah.
(2)     Dilihat dari Nada Kalimatnya
(a)      Kritik lunak yaitu kritik dengan kata-kata yang lunak. Misalnya, kritik ditujukan terhadap orang yang cepat tanggap
(b)     Kritik keras yaitu kritik dengan kata-kata keras. Misalnya, kritik ditujukan terhadap orang yang tidak cepat tanggap.
(3)     Dilihat dari Misinya
(a)      Memberikan pencerahan yaitu kritik yang bertujuan memberikan pengertian bahwa yang dianggap benar sebetulnya salah. Misalnya, kritik terhadap anggapan salah bahwa motor tiga roda hanya untuk orang cacat. Padahal, orang tidak cacat juga boleh.
(b)     Memberikan informasi yang benar yaitu kritik yang bertujuan meluruskan persepsi yang salah terhadap logika yang salah. Misalnya, kritik terhadap anggapan bahwa orang pintar harus jadi menteri. Padahal, orang pintar tidak harus jadi menteri.
(4)     Dilihat dari Sasaran Kritiknya
(a)      Pejabat/tokoh publik yaitu kritik terhadap pejabat/tokoh publik yang digaji dari uang rakyat. Misalnya, kritik terhadap presiden, menteri, anggota DPR dan siapa saja yang digaji dari uang rakyat.
(b)     Bukan pejabat publik/bukan tokoh publik yaitu kritik terhadap orang-orang terkenal yang tidak digaji dari uang rakyat. Misalnya, kritik terhadap artis.
(5)     Dilihat dari Cara Mengritik
(a)      Kritik salah yaitu kritik yang tidak didukung oleh fakta/data/referensi/hasil analisis. Misalnya, kritik terhadap anggota DPR yang dijadikan terdakwa karena kasus korupsi.
(b)     Kritik benar yaitu kritik yang didukung oleh fakta. Misalnya, kritik terhadap siapa saja yang tidak didukung fakta.
c)    Bentuk-Bentuk Kritik Sosial
Abdulsyani (2002: 124–125) mengungkapkan bahwa kritik sosial dapat dilihat dalam berbagai bentuk, diantaranya dalam fiksi dan seni, serta tindakan-tindakan simbolis yang dilakukan sebagai wujud ketidaksetujuan terhadap keadaan suatu masyarakat yang terjadi. Selanjutnya Abdulsyani menjelaskan bahwa berdasarkan bentuk-bentuk tersebut, maka kritik dapat dikelompokkan berdasarkan pengekspresiannya terbagi dalam dua bentuk, yakni, kritik yang dilakukan secara terbuka (langsung) dan kritik yang dilakukan secara terselubung (tidak langsung). (Abdulsyani, 2002: 124–125)
Kritik secara terbuka (langsung) berarti kegiatan penilaian, analisis atau kajian terhadap keadaan suatu masyarakat tertentu yang dilakukan secara langsung. Sedangkan kritik secara terselubung (tidak langsung) yaitu kritik yang berupa tindakan-tindakan simbolis yang menyiratkan penilaian maupun kecaman terhadap keadaan sosial suatu masyarakat secara tidak langsung. (Abdulsyani, 2002: 124–125)
Bertolak dari pendapat di atas, Haryanto (2012: 5) mengungkapkan tentang bentuk-bentuk kritik sosial. Bentuk kritik sosial yang dimaksud ialah sebagai berikut:
a)    Kritik berisi tafsiran terhadap suatu karya dengan disertai penjelasan dan alasan;
b)   Dalam kritikan, terdapat sebuah penalaran analisis, interfretasi dan evaluasi;
c)    Kritik merupakan pendapat subjektif dan bersifat pribadi; dan
d)   Dalam mengkritik tidak hanya berisi kecaman tetapi juga pujian terhadap suatu karya.
Dari kedua pendapat di atas, dapat disimpulkan bahwa bentuk kritik sosial dapat dilihat dalam bentuk fiksi, seni, dan pengekspresiaanya, dengan melakukan tindakan-tindakan yang simbolis terhadap sesuatu yang terjadi sebagai hasil penafsiran dan wujud ketidaksetujuan terhadap keadaan suatu masyarakat tertentu.
2)        Acara “Sentilan Sentilun” di Metro TV
Adapun sarana yang digunakan dalam penelitian ini adalah acara “Sentilan-Sentilun” di Metro TV sebagai pemanfaatan dari kritik sosial yang terdapat dalam acara Metro TV tersebut. Namun, untuk mewujudkannya, perlu diketahui terlebih dahulu kriteria acara dan tokoh dalam acara “Sentilan-Sentilun”. Berikut ini akan diuraikan tentang kriteria acara dan tokoh dalam acara ”Sentilan Sentilun” di Metro TV.
a)   Kriteria Acara
“Sentilan Sentilan” di Metro TV merupakan salah satu acara televisi yang digunakan sebagai sarana untuk memberikan kritikan terhadap permasalahan yang terjadi dalam suatu masyarakat. Jika dilihat dari sarana yang digunakan untuk menyampaikan kepada penikmat (penonton, pemirsa atau pendengar), acara “Sentilan Sentilun di Metro TV ini termasuk jenis drama televisi, sedangkan jika dilihat berdasarkan penyajian lakonnya, drama ini termasuk drama komedi.
Munurut Wiyanto (2004: 8), drama komedi adalah drama penggeli hati. Drama ini penuh kelucuan yang menimbulkan tawa penonton. Sebagian orang mengatakan bahwa drama komedi adalah drama gelak. Meskipun demikian, sama sekali komedi bukan lawak. Komedi tetap menuntut nilai-nilai drama. Gelak tawa penonton dibangkitkan lewat kata-kata. Kekuatan kata-kata yang dipilih itulah yang membangkitkan kelucuan. Kelucuan itu sering mengandung sindiran dan kritik kepada anggota masyarakat tertentu, karena itu bahan yang digunakan diambil dari kejadian-kejadian yang ada dalam masyarakat.
b)   Tokoh dalam acara “Sentilan Sentilun” di Metro TV
“Sentilan Sentilun” yang tayang setiap hari Senin pukul 22.30 Wib disalah satu televisi swasta yaitu Metro TV, merupakan kategori acara drama komedi yang cukup menarik untuk ditonton. Acara ini sangat berbeda dengan drama komedi pada umumnya. Bisa dibilang lawakan yang terdapat pada acara ini dinilai lebih berbobot dibanding acara drama komedi lainnya. Secara keseluruhan acara ini membicarakan tentang masalah-masalah aktual yang terjadi dalam masyarakat, terutama masalah politik dan pemerintahan. Selain itu, hal yang membuat acara ini makin menarik adalah aktor yang memerankan tokoh Sentilan dan Sentilun. Mereka merupakan aktor yang sudah tidak diragukan lagi bakatnya dalam bidangnya masing-masing. Mereka adalah Slamet Rahardjo Djarot dan Butet Kartaradjasa.
Slamet Rahardjo Djarot atau lebih dikenal dengan sebutan Slamet Rahardjo adalah salah seorang aktor senior di Indonesia. Selain itu, pria kelahiran Serang Banten, 21 Januari 1949 ini juga berprofesi sebagai sutradara dan penulis skenario. Dia memulai karirnya dalam bidang teater pada tahun 1968 dengan turut bergabung dalam Teater Populer bersama Teguh Karya. (Sumber: Wikipedia Indonesia.com)
Butet Kartaradjasa seorang aktor teater sekaligus pelawak yang berasal dari Yogyakarta. Selain itu, pria kelahiran Yogyakarta, 21 November 51 tahun yang lalu ini merupakan aktor yang biasa memerankan pentas secara monolog. Aksinya yang terkenal adalah dengan menirukan suara mantan presiden RI, Soeharto dalam setiap pementasannya. Butet juga pernah bergabung di teater Kita-kita pada tahun 1977. Sejak tahun 2010 sampai sekarang, Butet bersama dengan Slamet Rahardjo bermain dalam program “Sentilan Sentilun” di Metro TV. (Sumber: Wikipedia Indonesia.com)
H.      Metodologi Penelitian
1)   Jenis Penelitian
Penelitian ini menggunakan rancangan kualitatif. Bogdan dan Taylor (dalam Moleong, 2001: 3) mendefinisikan penelitian kualitatif sebagai prosedur penelitian yang menghasilkan data deskriptif berupa kata-kata tertulis atau lisan dari orang-orang atau perilaku yang diamati. Rancangan kualitatif ini menggunakan data lisan yang termasuk kritik sosial yang digunakan tokoh sentilan dan sentilun dalam “Sentilan- Sentilun”.
Jenis penelitian yang digunakan dalam penelitian ini adalah jenis penelitian deskriptif yang bertujuan untuk menggambarkan atau mendeskripsikan hal-hal pokok dalam penelitian ini. Penelitian deskriptif adalah membuat deskripsi, gambaran atau lukisan secara sistematis, faktual dan akurat mengenani fakta-fakta yang diselidiki. Dengan kata lain, penelitian deskriptif dalam penelitian ini bertujuan untuk memberikan gambaran data berupa kata, frase atau kalimat tentang kritik sosial yang digunakan tokoh sentilan dan sentilun dalam acara “Sentilan-Sentilun” di Metro TV.
2)   Lokasi Penelitian
Lokasi penelitian akan dilakukan di rumah atau pada tempat peneliti menyaksikan tayangan acara “Sentilan-Sentilun”, edisi bulan Agustus tahun 2015 pukul 22.30 wib di Metro TV yang diperoleh dari rekaman youtube dalam hal ini sebagai sumber untuk memperoleh data penelitian.
3)   Sumber Data
Menurut Azwar, (2004: 2) berdasarkan sumbernya, data penelitian dikelompokkan menjadi dua yaitu data primer dan data sekunder. Data primer adalah data yang diperoleh secara langsung dari subjek penelitian dengan menggunakan alat pengambilan data langsung pada subjek sebagai sumber informasi yang dicari dan disebut juga dengan data tangan pertama. Sedangkan data sekunder adalah data yang diperoleh dari pihak lain atau data perantara.
Sumber data yang digunakan dalam penelitian ini dengan menggunakan sumber data primer dan sumber data sekunder. Sumber data primer yang dimaksudkan dalam penelitian ini yaitu dari hasil tuturan tokoh sentilan dan sentilun dalam acara “Sentilan-Sentilun”. Sumber data diambil dari hasil tuturan tokoh sentilan dan sentilun dalam video rekaman acara “Sentilan-Sentilun” yang diunduh melalui  situs youtube. Sumber data yang digunakan sebagai sumber data penelitian akan diambil dari hasil rekaman acara “Sentilan-Sentilun” edisi bulan agustus tahun 2015.
Sedangkan sumber data sekuder yang dimaksudkan dalam penelitian ini yaitu berupa berita atau informasi yang mendukung topik/permasalahan yang sedang diperbincangkan dalam acara “Sentilan-Sentilun”. Sumber data ini dapat diperoleh dari surat kabar, berita-berita, dan atau media lain yang membicarakan tentang hal-hal yang diperbicangkan dalam acara “Sentilan-Sentilun” sebagai bahan perbandingan dan pendukung dalam penelitian.
4)   Teknik Pengumpulan Data
Teknik pengumpulan data yang digunakan dalam penelitian ini adalah teknik dokumentasi dan teknik simak catat. Adapun penjabaran kedua teknik ini sebagai berikut:
a)   Teknik Dokumentasi
Menurut Arikunto (2003: 135), teknik dokumentasi adalah teknik pencarian data melalui arsip-arsip, buku-buku, gambar dan video yang berkaitan dengan objek penelitian. Pengumpulan data dalam penelitian ini ialah teknik dokumentasi dengan menggunakan video acara “Sentilan-Sentilun” edisi tayang bulan Agustus tahun 2015 yang diunduh dari situs youtube.
Dari teknik tersebut akan diperoleh beberapa data yang berkaitan dengan kritik sosial terhadap suatu masyarakat tertentu dari tokoh yang dilakonkan oleh sentilan dan sentilun.
b)   Teknik Simak dan Catat
Setelah mendapatkan video acara “Sentilan Sentilun” yang diunduh dari situs youtube, kemudian digunakan teknik simak dan catat. Teknik simak catat dilaksanakan dengan cara menyimak video “Sentilan-Sentilun” secara berulang-ulang kemudian dicatat keseluruhan percakapan tokoh sentilan dan sentilun dalam acara “Sentilan-Sentilun” di Metro TV tentang kritik sosial yang diklasifikasikan berdasarkan jenis kritik yaitu kritik konstruktif dan kritik destruktif dengan menggunakan tabel pengumpulan data. Hasil catatan keseluruhan percakapan tokoh sentilan dan sentilun merupakan data real dalam penelitian yang selanjutnya akan dianalisis.
(Tabel Pengumpulan Data Terlampir)
5)   Teknik Analisis Data
Menurut Patton (dalam Moleong, 2001: 103) analisis data adalah proses mengatur urutan data, mengorganisasikannya ke dalam pola, katagori, dan satuan uraian dasar. Data dalam penelitian ini menggunakan metode deskriptif kualitatif. Adapun penjabarannya sebagai berikut:
a)   Pengamatan Data
Pengamatan data dilakukan terhadap penggunaan kalimat kritikan oleh tokoh sentilan dan sentilun yang terkumpul dalam tabel pengumpul data. Tahap ini dilakukan untuk meneliti kembali keabsahan data.
 
b)   Pengkodean Data
Pengkodean data bertujuan memudahkan jalannya penelitian. Pemberian kode dimaksudkan memperjelas identitas masing- masing data. Kode SAN menjelaskan tentang sumber data yang berasal dari Sentilan, sedangkan kode SUN menjelaskan tentang sumber data yang berasal dari Sentilun. Kode S1-Kkons/1 untuk data pertama, Kritik Konstruktif dengan tujuan membangun yang ditemukan pada episode minggu pertama bulan Agustus (S1).
(Instrumen Pengkodean Data Terlampir)
c)    Pengklasifikasian Data
Data-data yang terkumpul diklasifikasikan dalam kategori masing-masing yaitu berdasarkan kritik yang bertujuan membangun (konstruktif) dan kritik yang bertujuan menjatuhkan (destruktif).
d)   Interpretasi Data
Data yang sudah diklasifikasi kemudian diinterpretasikan berdasarkan jenis kritik yang ditemukan.
e)    Simpulan
Menurut Milles dan Huberman (dalam Sugiyono, 2014: 252) bahwa dalam analisis data kualitatif ialah penarikan simpulan dan verifikasi. Simpulan merupakan penarikan generalisasi dari hasil interpretasi temuan penelitian. Meskipun penelitian kualitatif tidak bersifat generalisasi. (Sukmadinata, 2010: 270)
Setelah tahap interpretasi dilakukan, data yang diperoleh akan disimpulkan dengan memaparkan data-data kritik sosial yang ditemukan pada percakapan tokoh Sentilan dan Sentilun dalam acara “Sentilan-Sentilun” di Metro TV.
6)   Pengecekan Keabsahan Temuan
Menurut Sugiyono (2014: 270–277)  dalam keabsahan data, metode penelitian kualitatif menggunakan istilah yang berbeda dengan penelitian kuantitatif. Jadi, uji keabsahan data dalam penelitian kualitatif meliputi: validitas interbal (credibility), validitas eksternal (transferability), reliabilitas (dependability), objektivitas (confirmability).
a)   Uji Kredibilitas
Uji kepercayaan terhadap data hasil penelitian kualitatif antara lain dilakukan dengan perpanjangan pengamatan, peningkatan ketekunan dalam penelitian, triangulasi, diskusi dengan teman sejawat, analisis kasus negatif, dan memberhack.
b)   Pengujian Transferability
Seperti telah dikemukakan bahwa, transferability ini merupakan validitas eksternal dalam penelitian kuantitatif. Validitas eksternal menunjukan derajat ketepatan atau dapat diterapkannya hasil penelitian ke populasi dimana sampel tersebut diambil.
c)    Pengujian Depenability
Dalam penelitian kuantitatif, dependability disebut reabilitas. Suatu suatu penelitian yang reabilitas adalah apabila orang lain dapat mengulangi proses penelitian tersebut. Dalam penelitian kualitatif, uji reabilitas dilakukan dengan melakukan audit terhadap keseluruhan proses penelitian. Sering kali terjadi peneliti tidak melakukan penelitian ke lapangan, tetapi dapat memberikan data. Peneliti seperti ini dapat diuji reabilitasnya. Kalau proses penelitian tidak dilakukan tetapi datanya ada, maka penelitian tersebut tidak reliabel.
d)   Pengujian Konfirmability
Dalam penelitian kualitatif, uji konfirmability mirip dengan uji dependability, sehingga pengujiannya dapat dilakukan secara bersamaan. Menguji Konfirmability berarti menguji hasil penelitian, dikaitkan dengan proses yang dilakukan. Bila hasil penelitian merupakan fungsi dari proses penelitian yang dilakukan, maka penelitian tersebut telah memenuhi standar konfirmability. Dalam penelitian jangan sampai tidak dilakukan sementara hasilnya ada.
Dari keempat cakupan pengecekan keabsahan data yang dikemukakan oleh Sugiyono tersebut, maka untuk mengecek keabsahan data yang diperoleh dalam penelitian ini dapat menggunakan aspek uji kredibilitas yaitu dilakukan dengan perpanjangan pengamatan, peningkatan ketekunan dalam penelitian, triangulasi, diskusi dengan teman sejawat, analisis kasus negatif, dan memberhack.
7)   Tahap-Tahap Penelitian
Penelitian dilakukan melalui tahap-tahap sebagai berikut:
a)   Perencanaan
Perencanaan meliputi perumusan dan pembatasan masalah serta merumuskan metode penelitian yang diarahkan pada kegiatan pengumpulan data yaitu penyusunan instrumen penelitian, penyusunan waktu atau jadwal penelitian,  persiapan sarana dan prasarana yang mendukung proses penelitian.
b)   Pelaksanaan
Dalam tahap pelaksanaan peneliti mulai melakukan pengumpulan data dengan menyimak tayangan “Sentilan-Sentilun” kemudian mencatat informasi yang diperlukan untuk dijadikan sebagai petunjuk dalam menemukan data yang kompleks dengan tahapan pelaksanaannya sebagai berikut :
(1)      Pengamatan data;
(2)      Pengklasifikasian data;
(3)      Interpretasi data; dan
(4)      Simpulan.
Setelah tahap tersebut dilaksanakan, maka didapat data yang kompleks yaitu kritik sosial yang terdapat dalam acara “Sentilan-Sentilun” di Metro TV dan diidentifikasi berdasarkan jenis atau macam kritik sosial.
c)    Penyajian
Penyajian data dalam penelitian ini dilakukan dengan teks yang bersifat deskriptif. Data dari hasil simakan tersebut kemudian diuraikan dan ditelaah untuk menentukan kritik sosial yang terdapat dalam acara “Sentilan-Sentilun” berdasarkan jenis atau macam kritik sosial yang ada pada bagian tinjauan pustaka, untuk kemudian dilakukan generalisasi atau penarikkan simpulan.

DAFTAR RUJUKAN