Assalamualaikum Saudara dan Saudari ku...

Salam sejahtera untuk kita semua....
Semoga kita selalu berada dalam lindungan Allah S.W.T.....Amin

Senin, 24 Oktober 2011

BAHASA DAN SASTRA INDONESIA: Membuat mading


PENILAIAN MADING TERDIRI DARI
  1. ISI MATERI
  2. KREATIVITAS
  3. KEMUDAHAN MEMBACA
PRINSIP-PRINSIP MADING
  1. Bentuk mading sesuai dengan aturan penyelenggara
  2. Bentuk dan tema mading mempunyai keunikan/ kekhasan . Untuk sumber ide bisa dicari di internet tentang desain 2 / 3 dimensi
  3. Ukuran dan bentuk artikel bervariasi misal berbentuk persegi panjang, segitiga, hati, buah, lingkaran , oval dll
  4. Ukuran dan bentuk tulisan / huruf harus bervariasi misalnya : Arial, Times New Roman , Centrury Gothic , comic sans MS, Book Antiqua ukuran 13 -15
  5. Warna huruf / tulisan setiap artikel harus bervariasi dan harus dikontraskan dengan background sehingga mudah dibaca.
  6. Semua artikel harus sesuai dengan tema.
  7. Setiap artikel harus ditempel lurus jangan ditempel miring – miring.
  8. Jangan biarkan ada tempat kosong dalam madding.
  9. Diharapkan setiap artikel ada gambar / ilustrasi yang mendukung isi artikel
  10. Setiap artikel harus dibuat / dibentuk kolom-kolom (2-3 kolom)
  11. Ukuran huruf dalam artikel sekitar 13 – 15 sehingga mudah dibaca
  12. Sebuah artikel sebaiknya diberi ilustrasi 3 dimensi / benda yang ditempel dekat artikel. Misalnya Artikel bertema rokok , ada rokok asli yang ditempel di tengah artikel
  13. Harus ada benda-benda / pernak – pernik yang ditaruh/ditempel yang sesuai dengan tema
  14. Materi artikel supaya ada variasi bias diambil dari internet
  15. Isi artikel harus berkualitas dan up to date
  16. Penempelan artikel diurutkan secara sistematis dan kronologi berdasarkan : Sejarahnya, Fungsinya, Manfaatnya, Kepentinganya.
  17. Sebagian artikel ditulis dikertas kalkir / transparansi lalu ditempel dikertas warna degradasi pokoknya harus kontras sehingga mudah dibaca
  18. Ukuran huruf untuk judul dan isi artikel harus beda , ukuran huruf judul lebih besar daripada isinya

Kamis, 20 Oktober 2011

Bahasa sebagai Jati Diri Bangsa

Jati diri—atau yang lazim juga disebut identitas—merupakan ciri khas yang menandai seseorang, sekelompok orang, atau suatu bangsa. Jika ciri khas itu menjadi milik bersama suatu bangsa, hal itu tentu menjadi penanda jati diri bangsa tersebut. Seperti halnya bangsa lain, bangsa Indonesia juga memiliki jati diri yang membedakannya dari bangsa yang lain di dunia. Jati diri itu sekaligus juga menunjukkan keberadaan bangsa Indonesia di antara bangsa lain. Salah satu simbol jati diri bangsa Indonesia itu adalah bahasa, dalam hal ini tentu bahasa Indonesia. Hal itu sejalan dengan semboyan yang selama ini kita kenal, yaitu “bahasa menunjukkan bangsa”.
Setiap bahasa pada dasarnya merupakan simbol jati diri penuturnya, begitu pula halnya dengan bahasa Indonesia juga merupakan simbol jati diri bangsa. Oleh karena itu, bahasa Indonesia harus senantiasa kita jaga, kita lestarikan, dan secara terus-menerus harus kita bina dan kita kembangkan agar tetap dapat memenuhi fungsinya sebagai sarana komunikasi modern yang mampu membedakan bangsa kita dari bangsa-bangsa lain di dunia. Lebih-lebih dalam era global seperti sekarang ini, jati diri suatu bangsa menjadi suatu hal yang amat penting untuk dipertahankan agar bangsa kita tetap dapat menunjukkan keberadaannya di antara bangsa lain di dunia. Namun, bagaimana kondisi kebahasaan kita sebagai jati diri bangsa saat ini?
Kalau kita lihat secara cermat, kondisi kebahasaan di Indonesia saat ini cukup memprihatinkan, terutama penggunaan bahasa Indonesia di tempat umum, seperti pada nama bangunan, pusat perbelanjaan, hotel dan restoran, serta kompleks perumahan, sudah mulai tergeser oleh bahasa asing, terutama bahasa Inggris. Tempat yang seharusnya menggunakan bahasa Indonesia itu mulai banyak yang menggunakan bahasa yang tidak lagi menunjukkan jati diri keindonesiaan. Akibatnya, wajah Indonesia menjadi tampak asing di mata masyarakatnya sendiri. Kondisi seperti itu harus kita sikapi dengan bijak agar kita tidak menjadi asing di negeri sendiri.
Di sisi lain, kita juga melihat sikap sebagian masyarakat yang tampaknya merasa lebih hebat, lebih bergengsi, jika dapat menyelipkan beberapa kata asing dalam berbahasa Indonesia, padahal kosakata asing yang digunakannya itu ada padanannya dalam bahasa Indonesia. Misalnya, sebagian masyarakat lebih suka menggunakan kata di-follow up-i, di-pending, meeting, dan on the way. Padahal, kita memiliki kata ditindaklanjuti untuk di-follow up-i, kata ditunda untuk di-pending, pertemuan atau rapat untuk meeting, dan sedang di jalan untuk on the way, lalu mengapa kita harus menggunakan kata asing? Sikap yang tidak “menjunjung bahasa persatuan, bahasa Indonesia itu, harus kita kikis karena kita harus mengutamakan penggunaan bahasa Indonesia sebagai simbol jati diri bangsa.
Tidak seharusnya kita membiarkan bahasa Indonesia larut dalam arus komunikasi global yang menggunakan media bahasa asing seperti itu. Jika hal seperti itu kita biarkan, tidak tertutup kemungkinan jati diri keindonesiaan kita sebagai suatu bangsa pun akan pudar, bahkan tidak tertutup kemungkinan terancam larut dalam arus budaya global. Jika hal itu terjadi, jangankan berperan di tengah kehidupan global, menunjukkan jati diri keindonesiaan kita sebagai suatu bangsa pun kita tidak mampu. Kondisi seperti itu tentu tidak akan kita biarkan terjadi. Oleh karena itu, diperlukan berbagai upaya agar jati diri bangsa kita tetap hidup di antara bangsa lain di dunia. Dalam konteks kehidupan global seperti itu, bahasa Indonesia sesungguhnya selain merupakan jati diri bangsa, sekaligus juga merupakan simbol kedaulatan bangsa.
Selain bahasa Indonesia, sastra Indonesia juga merupakan bagian dari simbol jati diri bangsa. Hal itu karena sastra pada dasarnya merupakan pencerminan, ekspresi, dan media pengungkap tata nilai, pengalaman, dan penghayatan masyarakat terhadap kehidupan sebagai suatu bangsa. Oleh karena itu, segala sesuatu yang terungkap dalam karya sastra Indonesia pada dasarnya juga merupakan pencerminan dari jati diri bangsa Indonesia.
Jika sebagai suatu bangsa, salah satu simbol jati diri kita adalah bahasa dan sastra Indonesia; sebagai anggota suatu komunitas etnis di Indonesia, simbol jati diri kita adalah bahasa dan sastra daerah. Oleh karena itu, sebagai suatu simbol jati diri kedaerahan, bahasa dan sastra daerah juga harus kita jaga dan kita pelihara untuk menunjukkan jati diri dan kebanggaan kita sebagai anggota masyarakat daerah.
Sebagai warga negara Indonesia, kita tidak boleh kehilangan jati diri kita sebagai suatu bangsa dan sebagai putra daerah, kita tidak boleh kehilangan jati diri kedaerahan kita agar kita tidak tercerabut dari akar budayanya. Sebagai putra daerah, kita tidak boleh kehilangan jati diri kedaerahannya, dan sebagai putra Indonesia, kita tidak boleh kehilangan jati diri kita sebagai suatu bangsa.
Selain terungkap dalam simbol bahasa dan sastra, jati diri kita tercermin pula dari kekayaan seni budaya, adat istiadat atau tradisi, tata nilai, dan juga perilaku budaya masyarakat. Terkait dengan itu, Indonesia amat kaya akan keragaman seni budaya, adat istiadat atau tradisi, dan juga tata nilai dan perilaku budaya. Sebagai unsur kekayaan budaya bangsa, seni budaya, adat istiadat atau tradisi, tata nilai, dan perilaku budaya perlu dilestarikan dan dikembangkan sebagai simbol yang dapat mencerminkan jati diri bangsa, baik dalam kaitannya dengan jati diri lokal maupun jati diri nasional.
Satu hal lagi yang dapat menjadi simbol jati diri adalah kearifan lokal. Hampir setiap daerah di Indonesia memiliki kearifan lokal yang merupakan pencerminan sikap, perilaku, dan tata nilai komunitas pendukungnya. Kearifan lokal itu dapat digali dari berbagai sumber yang hidup di masyarakat, yang diwariskan secara turun-temurun dari generasi leluhurnya dalam bentuk pepatah, tembang, permainan, syair, kata bijak, dan berbagai bentuk lain. Kearifan lokal itu sarat nilai yang dapat diimplementasikan dalam kehidupan masa kini yang dapat memperkuat kepribadian dan karakter masyarakat, serta sekaligus sebagai penyaring pengaruh budaya dari luar.
Sebagai simbol jati diri bangsa, bahasa Indonesia harus terus dikembangkan agar tetap dapat memenuhi fungsinya sebagai sarana komunikasi yang modern dalam berbagai bidang kehidupan. Di samping itu, mutu penggunaannya pun harus terus ditingkatkan agar bahasa Indonesia dapat menjadi sarana komunikasi yang efektif dan efisien untuk berbagai keperluan. Upaya ke arah itu kini telah memperoleh landasan hukum yang kuat, yakni dengan telah disahkannya Undang-Undang Nomor 24 Tahun 2009 tentang Bendera, Bahasa, dan Lambang Negara, serta Lagu Kebangsaan. Undang-undang tersebut merupakan amanat dari Pasal 36 Undang-Undang Dasar Negara Republik Indonesia Tahun 1945 dan sekaligus merupakan realisasi dari tekad para pemuda Indonesia sebagaimana diikrarkan dalam Sumpah Pemuda, tanggal 28 Oktober 1928, yakni menjunjung bahasa persatuan bahasa Indonesia.
Dalam menjalani kehidupan pada era global saat ini, jati diri lokal ataupun jati diri nasional tetap merupakan suatu hal yang amat penting untuk dipertahankan agar kita tetap dapat menunjukkan keberadaan kita sebagai suatu bangsa. Jati diri itu sama pentingnya dengan harga diri. Jika tanpa jati diri, berarti kita tidak memiliki harga diri. Atas dasar itu, agar menjadi suatu bangsa yang bermartabat, jati diri bangsa itu harus diperkuat, baik yang berupa bahasa dan sastra, seni budaya, adat istiadat, tata nilai, maupun perilaku budaya dan kearifan lokalnya.
Untuk memperkuat jati diri itu, baik yang lokal maupun nasional, diperlukan peran serta berbagai pihak dan dukungan aturan serta sumber daya yang memadai. Peran serta masyarakat juga sangat diperlukan dalam memperkuat jati diri bangsa itu. Dengan jati diri yang kuat, bangsa kita akan makin bermartabat sehingga mampu berperan—bahkan juga bersaing—dalam kancah kehidupan global.***

Sabtu, 15 Oktober 2011

Ketika Pria Bicara Tentang Wanita

Perempuan…..
Bagi kami para Pria, perempuan adalah Alien yang bahkan lebih rumit dari Xenomorph dalam film Alien Series. Bagi kami para Pria, perempuan adalah makhluk yang lebih kompleks dan susah dipahami ketimbang tugas skripsi/tugas akhir kami….

Tulisan ini BUKAN ide sang penulis sendiri. Tulisan ini ditulis berdasarkan kesaksian 20 responden pria. Untuk detail mengenai para responden, silahkan baca di bagian akhir tulisan ini.
Ada satu kesamaan saat saya bertanya “Apa yang ada dipikiran anda saat mendengar kata PEREMPUAN?”, sebagian besar dari mereka menjawab saat mendengarkan kata perempuan mereka langsung membayangkan manusia ayu dengan rambut panjang. Sebagian lagi menjawab mereka langsung teringat dengan, maaf, SEKS. Oke, anggap ini adalah prologue karena tidak menggambarkan apapun mengenai perspektif Pria atas perempuan…


Fine, selanjutnya saya tidak perlu selalu menulis “saat saya bertanya mereka…”, “sebagian besar dari mereka…”, atau “mereka para responden…” karena toh sebagian besar tulisan di sini adalah pikiran-pikiran mereka juga.

Sebelumnya saya peringatkan kepada para Perempuan yang membaca tulisan ini kalau tulisan ini sangat menunjukkan tendensi “memihak” kaum Pria. Karena bagaimanapun 100% responden disini adalah pria jadi saya kira sangat logis kalau tulisan ini adalah bisa dibilang “curhatan” pria terhadap wanita. Silahkan kalau anda para perempuan tidak terima, karena toh ini adalah pikiran kami para pria dan bukan pikiran anda.

Perempuan itu adalah makhluk ciptaan Tuhan yang sebenarnya dimuliakan, namun budaya manusia pada umumnya menempatkan perempuan sebagai makhluk yang “layak” ditindas dan “lemah lahir batin”. Memang hal semacam itu sangat berbau “genderisasi” tapi ya apa mau dikata, kita hidup di dunia yang memang penuh dengan generalisasi, asumsi dan stereotyping.

Kadang perbedaan pola pikir antara Pria dan Wanita menyebabkan “tabrakan”. Kalau kita sering mendengar sebuah buku yang berjudul “Clash of Civilization”, maka mungkin “tabrakan” antara Pria dan Wanita dapat dibuat judul “Clash of Genderization”.

Tabrakan ini bukan isu sepele, banyak penelitian (silahkan lihat sendiri sekitar anda, atau paper-paper hasil penelitian mengenai hubungan pria-wanita di google) yang mengungkapkan bahwa perbedaan pola pikir, sifat, perspektif dan asumsi antara pria dan wanita sering mengakibatkan ketidakharmonisan dalam hubungan, baik itu hubungan pertemanan, rekan atau paling utamanya hubungan romantisme. Dan pastinya, untuk menarik minat para pembaca saya disini hanya akan membahas mengenai tabrakan dalam konteks hubungan romantisme, oke?

Perempuan adalah makhluk yang sangat beruntung, karena mereka diberi kelebihan oleh Tuhan untuk mudah melupakan mantannya dan mencari penggantinya dengan sangat cepat. Berbeda dengan Pria yang relative membutuhkan waktu jauh lebih lama untuk melupakan mantan kekasihnya. Hal yang sangat mengejutkan saya adalah 100% responden menjawab berapa rata-rata waktu yang diperlukan untuk benar-benar melupakan rasa sayang terhadap orang yang pernah mereka sangat sayangi adalah berkisar antara 6-10 tahun (malah banyak yang lebih)! Bahkan saat telah menemukan kekasih pengganti, rasa sayang terhadap mantan kekasih sebenarnya masih sangat besar lebih besar daripada kekasihnya yang baru tersebut.

Bagi pria, kekasih sangat-lah penting. Kenapa penting? Karena bagi pria, Kekasih adalah SATU-SATUNYA tempat dimana seorang Pria bisa menunjukkan sisi lemahnya. Kekasih adalah SATU-SATUNYA tempat dimana seorang pria bisa menunjukkan sikap melankolisnya, sikap halusnya dan bisa dibilang sikap manjanya.
Pasti yang perempuan pada bingung nih kenapa bisa kekasih jadi tempat satu-satunya untuk hal-hal itu? Sebenarnya ini keluar dari konteks, tapi karena banyak yang nanya jadi saya jawab aja. Karena ya itu lah pria…. Pria ngga biasa curhat sesamanya. Lihat aja di inbox pria, ada ga sms dari sesama pria (sms-an banyak)? Berbeda dengan perempuan yang biasa cerita ngalor-ngidul sama temen perempuannya sampai nangis-nangis. Pria ngga pernah bisa manja-manja dengan orang tuanya seperti yang biasa perempuan lakukan dirumah. Di depan orang tua dan kawannya, seorang Pria selalu tampak kuat dan maskulin… Itulah mengapa ada pepatah “Dibalik kehebatan seorang Pria selalu ada wanita hebat yang mendampinginya” untuk menunjukkan betapa pentingnya perempuan bagi seorang pria.
Oke cukup ngomongin tentang Prianya, sekarang balik ke Perempuan…

Perempuan juga merupakan penipu yang sangat buruk. Eits, jangan salah sangka! Maksudnya bukan perempuan itu tukang tipu, tapi saat perempuan berbohong maka mereka adalah pembohong yang sangat buruk! Sangat terlihat kegugupan Perempuan saat sedang berbohong, entah itu dari pandangan matanya yang jelalatan kalau sedang bohong atau dari kata-kata yang agak gagap (kalau bohong hal besar). Yang berpikiran seperti ini ada sekitar 14 orang yang berarti lebih dari 50% jumlah responden.
Mungkin cocok kalau dibilang Wanita adalah makhluk matrialistik. Dan lagi-lagi, 100% responden mengatakan hal seperti ini (kalau yang ini sih engga kaget lagi si penulis). Dan yang unik, ayah saya sendiri juga berpikiran seperti ini tentang ibu saya, hahaha… (entah dia bercanda atau serius soalnya waktu itu ada ibu saya ditempat :p) Mungkin memang sudah kodrat kalau semua perempuan di muka bumi ini matre kali yah? Jadi ya buat pria-pria, terima aja deh kenyataan kalau semua perempuan di bumi ini pada haus uang semua.
Lebih dari 15 orang menjawab bahwa perempuan itu MANJA. Oke, memang benar kalau Pria itu suka perempuan manja, tapi ya jangan keterlaluan lah. Cukup sewajarnya saja :)

Dan sikap Perempuan yang paling dibenci ternyata adalah sifat suka ngatur. Perempuan otoriter yang suka mengatur-mengatur ga pernah direncanakan untuk menjadi kekasih sejati seorang Pria. Sama hal nya dengan sifat over-protektif, pria sangat benci bila kekasihnya terlalu protektif karena bagaimanapun bagi kami para Pria ada berapa hal yang bahkan seorang kekasihnya tidak berhak mencampurinya.

Seorang Pria suka wanita yang cantik. Ya, mungkin ini kedengaran tipikal tapi ternyata “cantik”nya perempuan dimata pria tidak selalu cantik wajah dan/atau tubuh, tapi juga cantik di dalamnya alias mempunyai kepribadian yang baik pula. Perempuan yang cantik luarnya saja, hanya cocok dijadikan pemuas hawa nafsu.

Sebagian responden merasa bermasalah dengan sikap perempuan yang tidak bisa setia (wah ini sih sesuai dengan pendapat penulis). Namun sebagian lagi menganggap bahwa perempuan yang tidak bisa setia anggap saja sebagai, maaf sebelumnya, Jablay (pelacur)..jadi di bawa enjoy aja (si penulis sih ngga setuju ma pendapat ekstrim gini).

Kebahagiaan seorang Pria adalah ketika memiliki seorang kekasih yang setia, karena bagi pria mencari wanita yang setia (mau diajak susah sama-sama) itu sangat sulit (berkaitan dengan sifat wanita yang mau enak sendiri).

Bagi responden muslim, kerudung ternyata tidak memegang peranan krusial/mutlak. Apalah artinya sebuah kerudung namun kelakuan tidak menggambarkan sifat wanita berkerudung. Pria lebih mementingkan akhlak dan sifat daripada hanya sekedar penutup aurat belaka.

Sebagian kecil responden (entah otak mereka memang rusak permanen atau lagi error) menganggap bahwa perempuan yang mau menang dan enak sendiri adalah seperti boneka: Beli, mainkan dan buang..sadis memang, tapi yah memang ini jawaban mereka mau gimana lagi.

Dan hal yang paling rumit bagi Pria dalam menghadapi perempuan adalah saat mereka DIAM. Diam nya perempuan bagi Pria adalah “Neraka” dunia. Perlu diingat bahwa pria bukan cenayang atau dukun yang bisa baca pikiran orang lain, jadi diamnya perempuan bukannya menyelesaikan masalah tapi justru memperumit masalah karena tidak ada komunikasi dua arah. Jadi jangan salahkan pria kalau kami salah menanggapi diamnya anda karena kami bukan dukun.

Kami para Pria sangat menyukai wanita cerdas. Alih-alih menyukai wanita tak berotak yang hanya ahli di dapur dan di ranjang, Pria menganggap perempuan cerdas itu lebih seksi dan hot, dan tentunya lebih dapat dipercaya dan diandalkan dalam berbagai hal.

Bagi pria, wanita punya satu hobi yang agak gila: Suka membesar-besarkan masalah kecil. Pria tidak habis pikir kenapa perempuan hobi banget bikin masalah baru. Masalah yang sebenarnya sepele tapi dibesar-besarkan sehingga jadi masalah besar dan merembet kemana-mana. Karena kami pria lebih suka menyelesaikan masalah daripada memperbesar masalah (si penulis agak ga paham bener sama hal ini, mungkin karena belum ada pengalaman kali).

Begitulah kira-kira pendapat pria mengenai perempuan, dan memang tidak saya tulis semua karena akan jadi terlalu panjang dan membosankan. Jadi bagi anda perempuan yang membaca ini, jangan tersinggung apalagi marah karena inilah cerita kami para Pria mengenai anda para perempuan. Kalau anda merasa pendapat kami pria mengenai wanita banyak yang buruk, maka waktunya bagi anda untuk mengoreksi diri sendiri dimana letak kesalahan anda. ^^
JADWAL KULIAH SEMESTER GANJIL
STKIP YAPIS DOMPU
TAHUN KULIAH 2011/2012


Jurusan : Bahasa dan Sastra Indonesia

Kelas : 1 A                                                                             Gedung : H.MAMAN
NO
MATA KULIAH
SKS
HARI
WAKTU
RUANG
DOSEN PENGASUH
1
Pendidikan Pancasila
2
Senin
08.00-09.20
A

2
Pendidikan Agama 1
2
Jum’at
08.00-09.20
A

3
Bahasa Indonesia
2
Jum’at
09.35-10.55
A

4
Pengantar Ilmu Pendidikan
4
Senin
09.35-12.55
A

5
Teori Belajar dan Pembelajaran
4
Kamis
08.00-10.40
A

6
Linguistik Umum
4
Rabu
08.00-10.40
A

7
Keterampilan Menyimak
2
Rabu
11.55-12.55
A



Kelas : 1 B                                                                              Gedung : SDN No 2 Dompu
NO
MATA KULIAH
SKS
HARI
WAKTU
RUANG
DOSEN PENGASUH
1
Pendidikan Pancasila
2
Selasa
14.00-15.20
A

2
Pendidikan Agama 1
2
Jum’at
14.00-15.20
A

3
Bahasa Indonesia
2
Selasa
15.35-16.55
A

4
Pengantar Ilmu Pendidikan
4
Senin
14.00-16.40
A

5
Teori Belajar dan Pembelajaran
4
Sabtu
14.00-16.40
A

6
Linguistik Umum
4
Rabu
14.00-16.40
A

7
Keterampilan Menyimak
2
Jum’at
15.35-16.55
A

JENIS-JENIS KARANGAN


Karangan merupakan karya tulis hasil dari kegiatan seseorang untuk mengungkapkan gagasan dan menyampaikanya melalui bahasa tulis kepada pembaca untuk dipahami. Lima jenis karangan yang umum dijumpai dalam keseharian adalah Narasi, Deskripsi, Eksposisi, Argumentasi, Dan Persuasi.

1. Narasi

Secara sederhana, narasi dikenal sebagai cerita. Pada narasi terdapat peristiwa atau kejadian dalam satu urutan waktu. Di dalam kejadian itu ada pula tokoh yang menghadapi suatu konflik. Ketiga unsur berupa kejadian, tokoh, dan konflik merupakan unsur pokok sebuah narasi. Jika ketiga unsur itu bersatu, ketiga unsur itu disebut plot atau alur. Jadi, narasi adalah cerita yang dipaparkan berdasarkan plot atau alur.
Narasi dapat berisi fakta atau fiksi. Narasi yang berisi fakta disebut narasi ekspositoris, sedangkan narasi yang berisi fiksi disebut narasi sugestif. Contoh narasi ekspositoris adalah biografi, autobiografi, atau kisah pengalaman. Sedangkan contoh narasi sugestif adalah novel, cerpen, cerbung, ataupun cergam.
Pola narasi secara sederhana berbentuk susunan dengan urutan awal – tengah – akhir.
·         Awal narasi biasanya berisi pengantar yaitu memperkenalkan suasana dan tokoh. Bagian awal harus dibuat menarik agar dapat mengikat pembaca.
·         Bagian tengah merupakan bagian yang memunculkan suatu konflik. Konflik lalu diarahkan menuju klimaks cerita. Setelah konfik timbul dan mencapai klimaks, secara berangsur-angsur cerita akan mereda.
·         Akhir cerita yang mereda ini memiliki cara pengungkapan bermacam-macam. Ada yang menceritakannya dengan panjang, ada yang singkat, ada pula yang berusaha menggantungkan akhir cerita dengan mempersilakan pembaca untuk menebaknya sendiri.
Langkah menyusun narasi (terutama yang berbentuk fiksi) cenderung dilakukan melalui proses kreatif, dimulai dengan mencari, menemukan, dan menggali ide. Oleh karena itu, cerita dirangkai dengan menggunakan "rumus" 5 W + 1 H, yang dapat disingkat menjadi adik simba.[rujukan?]
1.            (What) Apa yang akan diceritakan,
2.            (Where) Di mana seting/lokasi ceritanya,
3.            (When) Kapan peristiwa-peristiwa berlangsung,
4.            (Who) Siapa pelaku ceritanya,
5.            (Why) Mengapa peristiwa-peristiwa itu terjadi, dan
6.            (How) Bagaimana cerita itu dipaparkan.
Soekarno mengucapkan pidato tentang dasar-dasar Indonesia merdeka yang dinamakan Pancasila pada sidang BPUPKI tanggal 1 Juni 1945.
Soekarno bersama Mohammad Hatta sebagai wakil bangsa Indonesia memproklamasikan kemerdekaan Indonesia pada tanggal 17 Agustus 1945. Ia ditangkap Belanda dan diasingkan ke Bengkulu pada tahun 1948. Soekarno dikembalikan ke Yogya dan dipulihkan kedudukannya sebagai Presiden RI pada tahun 1949.

Contohnya :

Contoh narasi berisi fakta:
Ir. Soekarno Ir. Soekarno, Presiden Republik Indonesia pertama ia adalah seorang nasionalis. Beliau memimpin PNI pada tahun 1928. Soekarno menghabiskan waktunya di penjara dan di tempat pengasingan karena keberaniannya Jiwa kepemimpinan dan perjuangannya tidak pernah pupus. Soekarno bersama pemimpin-pemimpin negara lainnya menjadi juru bicara bagi negara-negara nonblok pada Konferensi Asia Afrika di Bandung tahun 1955. Hampir seluruh perjalanan hidupnya dihabiskan untuk berbakti dan berjuang.
Contoh narasi fiksi:
Aku tersenyum sambil mengayunkan langkah. Angin dingin yang menerpa, membuat tulang-tulang di sekujur tubuhku bergemeretak. Kumasukkan kedua telapak tangan ke dalam saku jaket, mencoba memerangi rasa dingin yang terasa begitu menyiksa.
Wangi kayu cadar yang terbakar di perapian menyambutku ketika Eriza membukakan pintu. Wangi yang kelak akan kurindui ketika aku telah kembali ke tanah air. Tapi wajah ayu di hadapanku, akankah kurindui juga?
Ada yang berdegup keras di dalam dada, namun kuusahakan untuk menepiskannya. Jangan, Bowo, sergah hati kecilku, jangan biarkan hatimu terbagi. Ingatlah Ratri, dia tengah menunggu kepulanganmu dengan segenap cintanya.

2. Deskripsi

Karangan jenis ini berisi gambaran mengenai suatu hal/keadaan sehingga pembaca seolah-olah melihat, mendengar, atau merasakan hal tersebut.

Karangan deskripsi memiliki ciri-ciri seperti:
·         menggambarkan sesuatu
·         penggambaran tersebut dilakukan sejelas-jelasnya dengan melibatkan kesan indera,
·         membuat pembaca atau pendengar merasakan sendiri atau mengalami sendiri.
Pola pengembangan paragraf deskripsi:
·         Paragraf Deskripsi Spasial, paragraf ini menggambarkan objek kusus ruangan, benda atau tempat.
·         Paragraf Deskripsi Subjektif, paragraf ini menggambarkan objek seperti tafsiran atau kesan perasaan penulis.
·         Paragraf Deskripsi Objektif, paragraf ini menggambarkan objek dengan apa adanya atau sebenarnya.
Langkah menyusun deskripsi:
1.      Tentukan objek atau tema yang akan dideskripsikan
2.      Tentukan tujuan
3.      Mengumpulkan data dengan mengamati objek yang akan dideskripsikan
4.      Menyusun data tersebut ke dalam urutan yang baik (menyusun kerangka karangan)
5.      Menguraikan kerangka karangan menjadi dekripsi yang sesuai dengan tema yang ditentukan
Contohnya :
Narasi / karangan deskripsi : Tepat pukul 06.00 aku terbangun, diiringi dengan suara - suara ayam yang berkokok seolah menyanyi sambil membangunkan orang - orang yang masi tidur. serta dapat ku lihat burung - burung yang berterbangan meninggalkan sarangnya untuk mencari makan.

3. Eksposisi

Karangan ini berisi uraian atau penjelasan tentang suatu topik dengan tujuan memberi informasi atau pengetahuan tambahan bagi pembaca. Untuk memperjelas uraian, dapat dilengkapi dengan grafik, gambar atau statistik. Sebagai catatan, tidak jarang eksposisi ditemukan hanya berisi uraian tentang langkah/cara/proses kerja. Eksposisi demikian lazim disebut paparan proses.
Langkah menyusun eksposisi:
·         Menentukan topik/tema
·         Menetapkan tujuan
·         Mengumpulkan data dari berbagai sumber
·         Menyusun kerangka karangan sesuai dengan topik yang dipilih
·         Mengembangkan kerangka menjadi karangan eksposisi.

Contohnya :

Contoh topik yang tepat untuk eksposisi:
·         Manfaat kegiatan ekstrakurikuler
·         Peranan majalah dinding di sekolah
·         Sekolah kejuruan sebagai penghasil tenaga terampil.
Contoh karangan eksposisi pada umumnya:
Pada dasarnya pekerjaan akuntan mencakup dua bidang pokok, yaitu akuntansi dan auditing. Dalam bidang akuntasi, pekerjan akuntan berupa pengolahan data untuk menghasilkan informasi keuangan, juga perencanaan sistem informasi akuntansi yang digunakan untuk menghasilkan informasi keuangan.
Dalam bidang auditing pekerjaan akuntan berupa pemeriksaan laporan keuangan secara objektif untuk menilai kewajaran informasi yang tercantum dalam laporan tersebut.
Contoh paparan proses yang juga merupakan bentuk eksposisi:
Pada dasarnya pekerjaan akuntan mencakup dua bidang pokok, yaitu akuntansi dan auditing. Dalam bidang akuntasi, pekerjan akuntan berupa pengolahan data untuk menghasilkan informasi keuangan, juga perencanaan sistem informasi akuntansi yang digunakan untuk menghasilkan informasi keuangan. Dalam bidang auditing pekerjaan akuntan berupa pemeriksaan laporan keuangan secara objektif untuk menilai kewajaran informasi yang tercantum dalam laporan tersebut.

4. Argumentasi

Karangan ini bertujuan membuktikan kebenaran suatu pendapat/kesimpulan dengan data/fakta sebagai alasan/bukti. Dalam argumentasi pengarang mengharapkan pembenaran pendapatnya dari pembaca. Adanya unsur opini dan data, juga fakta atau alasan sebagai penyokong opini tersebut.
Langkah menyusun argumentasi:
  1. Menentukan topik/tema
  2. Menetapkan tujuan
  3. Mengumpulkan data dari berbagai sumber
  4. Menyusun kerangka karangan sesuai dengan topik yang dipilih
  5. Mengembangkan kerangka menjadi karangan argumentasi

Contohnya :

Contoh tema/topik yang tepat untuk argumentasi:
  • Disiplin kunci sukses berwirausaha,
  • Teknologi komunikasi harus segera dikuasai,
  • Sekolah Menengah Kejuruan sebagai aset bangsa yang potensial.
Contoh karangan argumentasi pada umumnya:
Jiwa kepahlawanan harus senantiasa dipupuk dan dikembangkan karena dengan jiwa kepahlawanan, pembangunan di negara kita dapat berjalan dengan sukses. Jiwa kepahlawanan akan berkembang menjadi nilai-nilai dan sifat kepribadian yang luhur, berjiwa besar, bertanggung jawab, berdedikasi, loyal, tangguh, dan cinta terhadap sesama. Semua sifat ini sangat dibutuhkan untuk mendukung pembangunan di berbagai bidang.

5. Persuasi

Karangan ini bertujuan memengaruhi pembaca untuk berbuat sesuatu atau karangan yang besifat mengajak. Dalam persuasi pengarang mengharapkan adanya sikap motorik berupa perbuatan yang dilakukan oleh pembaca sesuai dengan yang dianjurkan penulis dalam karangannya.
Langkah menyusun persuasi:
1.      Menentukan topik/tema
2.      Merumuskan tujuan
3.      Mengumpulkan data dari berbagai sumber
4.      Menyusun kerangka karangan
5.      Mengembangkan kerangka karangan menjadi karangan persuasi

Contohnya :

Contoh tema/topik yang tepat untuk persuasi:
·         Katakan tidak pada NARKOBA,
·         Hemat energi demi generasi mendatang,
·         Hutan sahabat kita,
·         Hidup sehat tanpa rokok,
·         Membaca memperluas cakrawala.
Contoh karangan persuasi pada umumnya:
Salah satu penyakit yang perlu kita waspadai di musim hujan ini adalah infeksi saluran pernapasan akut (ISPA). Untuk mencegah ISPA, kita perlu mengonsumsi makanan yang bergizi, minum vitamin dan antioksidan. Selain itu, kita perlu istirahat yang cukup, tidak merokok, dan rutin berolah raga, karena semua itu perlu proses dan cara yang berlanjut.